Bolehkah
Kita Merayakan
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
6) Adanya hal-hal yang dianggap salah yang
menyertai
a) Kata ‘Christmas’ itu sendiri.
Kata itu dikatakan berasal
dari kata ‘Christ’s
Mass’
(= Misa Kristus),
dan karena itu orang-orang Protestan yang anti
Tanggapan saya:
Kalau yang
berasal usul dari kafir saja boleh digunakan selama kekafirannya disaring,
apalagi yang berasal usul dari Katolik.
Juga kalau hanya persoalan nama, bagi kita yang tinggal di Indonesia
gampang saja. Kita pakai saja istilah ‘Natal’, bukan ‘Christmas’.
‘Natal’ berasal dari bahasa Portugis
(Encyclopedia Britannica 2000) dan artinya ‘dilahirkan’ atau ‘berkenaan dengan kelahiran’ [Webster’s New World Dictionary (College Edition)].
b) Pohon Natal.
Internet:
·
“Ide
untuk menggunakan pohon
·
“Tetapi jika Alkitab diam
mengenai perayaan Natal, sesungguhnya Alkitab TIDAK DIAM mengenai adat
kebiasaan bangsa kafir dalam mendirikan sebuah pohon – adat kebiasaan
yang sama YANG TELAH MENJADI POHON
·
“Kita
MENGIRA bahwa pohon
Tanggapan saya:
1. Penggunaan
ayat yang menunjuk kepada berhala (Yer 10:1-5) dan lalu diarahkan kepada pohon
Natal, jelas merupakan suatu pengawuran.
Kata-kata ‘adat kebiasaan yang sama’ yang saya garis bawahi, merupakan suatu tuduhan konyol dan bodoh!
2. Entah dari
mana penulis di internet itu mengatakan bahwa pohon Natal merupakan simbol dari
Juruselamat. Saya sendiri tak pernah mendengar hal itu, dan tak pernah
menganggapnya demikian.
3. Apakah pohon
Natal berasal dari kekafiran?
Memang ada kemungkinan bahwa asal usul pohon Natal berbau kekafiran.
Tetapi Encyclopedia Britannica membedakan pohon Natal kuno dan yang modern.
Pohon Natal modern dikatakannya berasal dari Jerman Barat, dan tidak berurusan
dengan penyembahan berhala atau kekafiran, tetapi berhubungan dengan pohon di
Taman Eden, dan digunakan pada tanggal 24 Desember, yang merupakan hari raya
untuk memperingati Adam dan Hawa. Penggunaan pohon yang terus menerus
hijau / tidak terpengaruh oleh musim
dingin, seperti cemara, dimaksudkan sebagai simbol dari kehidupan yang kekal. Kalau ini
benar, maka pohon
Encyclopedia
Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas tree’: “an
evergreen, usually a balsam or douglas fir, decorated with lights and ornaments
as a part of Christmas festivities. The use of evergreen trees, wreaths, and
garlands as a symbol of eternal life was an ancient custom of the Egyptians,
Chinese, and Hebrews. Tree worship, common among the pagan Europeans, survived
after their conversion to Christianity in the Scandinavian customs of
decorating the house and barn with evergreens at the New Year to scare away the
devil and of setting up a tree for the birds during Christmastime; it survived
further in the custom, also observed in Germany, of placing a Yule tree at an
entrance or inside the house in the midwinter holidays. The modern Christmas
tree, though, originated in western
Saya hanya menterjemahkan
bagian yang saya garis bawahi, yang adalah sebagai berikut:
“Tetapi
Pohon Natal modern, berasal usul dari Jerman Barat. Alat / barang
utama yang diperlukan di panggung dari suatu sandiwara populer abad pertengahan
tentang Adam dan Hawa adalah suatu pohon semacam cemara yang digantungi buah-buah
apel (pohon Firdaus) menggambarkan Taman
4. Memang saya sendiri
berpendapat bahwa ada hal-hal yang negatif tentang pohon Natal, yaitu:
a. Hiasan Santa Claus. Ini menurut saya harus dibuang.
b. Hiasan yang
tidak sesuai dengan fakta.
Dengan memberikan salju-saljuan, maka itu menunjukkan bahwa seolah-olah
Natal terjadi pada musim dingin. Padahal boleh dikatakan tidak mungkin bahwa
Natal terjadi pada musim dingin, mengingat bahwa para gembala berada di luar /
di padang pada malam hari, pada saat mereka mendapat berita Natal dari
malaikat-malaikat.
Luk 2:8-11 - “(8) Di daerah itu ada
gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu
malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan
kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10) Lalu
kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah
lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.
Jadi mungkin hiasan salju-saljuan itu harus dibuang, untuk lebih
menyesuaikan dengan fakta. Juga lagu seperti ‘White
Christmas’.
c. Penekanan yang saya anggap berlebihan terhadap
pohon
Mengapa saya
katakan berlebihan? Karena bagi banyak orang, pohon
Apa bahayanya kalau pohon Natal itu menjadi terlalu penting? Semua hal
dalam kekristenan yang menjadi terlalu penting, bisa menggeser apa yang
seharusnya merupakan hal terpenting dalam Natal, yaitu Yesus Kristus sendiri.
Earl Riney: “The Christmas tree has taken the place of the altar in
too much of our modern Christmas observance” (= Pohon Natal telah mengambil tempat di altar dalam terlalu
banyak dari perayaan
Illustrasi: round girl (gadis
yang membawa papan penunjuk ronde dalam pertandingan tinju) yang terlalu cantik
dan sexy menyebabkan penonton tidak
memperhatikan papan bertuliskan ronde ke berapa yang sedang ia
bawakan. Demikian juga kalau pohon
Saya tidak
mengharuskan untuk membuang pohon
c) Sinterklaas / Santa Claus.
Encyclopedia Britannica 2000
dengan topik ‘Santa Claus’: “legendary figure who is the traditional patron
of Christmas in the
Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Nicholas,
Saint’: “Nicholas’
existence is not attested by any historical document, so nothing certain is
known of his life except that he was probably bishop of Myra in the 4th century. According to
tradition, he was born in the ancient Lycian seaport city of
Dari kata-kata Encyclopedia
Britannica 2000 di atas bisa didapatkan bahwa nama
‘Santa Claus’ berasal
dari St. Nicholas, yang keberadaannya tidak dibuktikan oleh dokumen sejarah
manapun. Jadi tidak ada yang pasti yang kita ketahui
tentang hidupnya. Yang diketahui tentang dia berasal
dari tradisi. Mungkin ia menjadi uskup
di
Dari semua ini kita bisa melihat bahwa ini jelas-jelas merupakan sesuatu
yang salah, karena bukan hanya tidak ada urusannya sama sekali dengan Natal,
tetapi bahkan bersifat dusta / takhyul. Karena itu Santa Claus / Sinterklaas, baik gambarnya, patung / bonekanya,
beserta lagu-lagunya, harus disingkirkan. Celakanya, mungkin separuh lagu-lagu
Natal berbahasa Inggris berhubungan dengan Santa
Claus!
d) Pesta pora dan tukar hadiah.
Internet: “engkau berkata,
bukankah saling tukar hadiah itu Alkitabiah? Jawabnya adalah TIDAK! Dari
Biblioteca Sacra, edisi 12, hal 153-155, kita baca, Saling tukar hadiah di
antara kawan-kawan menjadi karakteristik yang sama antara perayaan Natal dan
Saturnalia, dan diadopsi oleh orang-orang Kristen dari penyembahan berhala,
sebagaimana yang ditunjukkan dengan jelas oleh Tertullian. Faktanya adalah
bahwa saling tukar hadiah dengan kawan-kawan dan tetangga dan famili pada hari
Tanggapan saya:
1. Ini kata-kata dari orang yang memang sudah
antipati / berprasangka, dan selalu menyoroti sudut negatifnya, dan mempunyai
pikiran sempit / tidak berpikiran panjang. Memang bisa
ada ketidak-tulusan, berharap mendapat balasan, dan sebagainya. Tetapi
apakah semua orang kristen seperti itu? Kalau hanya sebagian, bahkan hanya sebagian kecil yang seperti itu,
haruskah semuanya dibuang?
Dalam
memberi persembahan kepada Tuhan, bukankah juga banyak orang yang tidak tulus,
yang mengharapkan balasan berlipat ganda dsb? Jadi,
apakah acara persembahan dalam gereja harus dihapuskan?
Dalam segala
hal yang dilakukan terhadap Tuhan, seperti berbakti, berdoa, melayani, dsb,
selalu bisa ada motivasi yang salah. Ini tidak menyebabkan semua
itu harus dibuang.
2. Tentang adanya orang kristen
yang dikatakan menghabiskan uang tabungannya, sampai berhutang dsb, menurut
saya ini suatu penggambaran berlebihan (exaggeration), yang berbau
fitnahan. Itu mungkin terjadi pada banyak orang Islam di Indonesia pada saat
merayakan Idul Fitri, tetapi tidak pada diri orang kristen
yang merayakan
3. Tukar hadiah, sekalipun memang tidak boleh
dijadikan suatu keharusan, bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan
mengakrabkan. Jadi ini bisa menjadi sesuatu yang
memajukan persekutuan, dan karena itu bisa menjadi sesuatu yang baik. Jadi,
mengapa hanya mencari-cari sudut jeleknya, dan mengabaikan sudut baiknya?
4. Tentang asal
usul tukar hadiah, penulis di internet di atas bertentangan dengan dirinya
sendiri. Mula-mula ia mengatakan itu berasal dari perayaan Saturnalia, lalu ia
mengatakan bahwa itu berasal dari pemberian orang-orang Majus kepada Kristus.
Yang mana yang benar? Jelas bahwa orang bodoh ini tidak mengerti apa yang ia
sendiri katakan. Dan jelas bahwa asal usul dari tukar menukar hadiah itu, tidak
bisa dipastikan.
Di bawah akan kita lihat bahwa Edersheim mengatakan bahwa orang-orang
Yahudi juga melakukan tukar hadiah pada perayaan Purim. Apakah tidak mungkin
bahwa ini asal usulnya?
5. Pesta dan
makan tidak salah selama tidak berlebihan dan tidak disertai hal-hal yang
amoral / bertentangan dengan Kitab Suci. Ini terlihat dari hal-hal sebagai
berikut:
a. Dalam Perjanjian Lama ada beberapa pesta /
perayaan yang bahkan diharuskan!
Kel 23:14 - “‘Tiga kali setahun haruslah
engkau mengadakan perayaan
bagiKu”.
Im 8:33 - “Janganlah kamu pergi dari depan
pintu Kemah Pertemuan selama tujuh hari, sampai kepada genapnya perayaan
pentahbisan, karena perayaan pentahbisan akan berlangsung tujuh hari
lamanya”.
Bdk. Neh 8:17-19 - “(17) Maka pergilah orang
mengambil daun-daun itu, lalu membuat pondok-pondok, masing-masing di atas atap
rumahnya, di pekarangan mereka, juga di pelataran-pelataran rumah Allah, di
lapangan pintu gerbang Air dan di lapangan pintu gerbang Efraim. (18) Seluruh
jemaah yang pulang dari pembuangan itu membuat pondok-pondok dan tinggal di
situ. Memang sejak zaman Yosua bin Nun sampai hari itu orang Israel tidak
pernah berbuat demikian. Maka diadakanlah pesta ria yang amat besar.
(19) Bagian-bagian kitab Taurat Allah itu dibacakan tiap hari, dari hari
pertama sampai hari terakhir. Tujuh hari lamanya mereka merayakan hari raya
itu dan pada hari yang kedelapan ada pertemuan raya sesuai dengan
peraturan”.
b. Ayub, yang
oleh Kitab Suci dikatakan sebagai orang yang sangat saleh, tidak keberatan
kalau anak-anaknya mengadakan pesta.
Ayub 1:4-5 - “(4) Anak-anaknya yang lelaki
biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan
ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka.
(5) Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka,
dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu
mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya:
‘Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di
dalam hati.’ Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa”.
Alangkah berbedanya sikap Ayub ini dengan sikap orang-orang munafik yang
menunjukkan sikap sok suci mereka dengan anti pesta!
c. Yesus bahkan
memberikan perintah yang bijaksana bagi orang-orang yang menghadiri suatu
pesta.
Luk 14:7-11 - “(7) Karena Yesus melihat, bahwa
tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan
perumpamaan ini kepada mereka: (8) ‘Kalau seorang mengundang engkau ke
pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang
itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, (9) supaya orang
itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu:
Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk
di tempat yang paling rendah. (10) Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah
duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan
berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau
akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. (11) Sebab barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan.’”.
Bagaimana mungkin Yesus memberikan peraturan seperti ini kalau pesta
memang dilarang?
d. Kitab Suci
beberapa kali menceritakan bahwa Yesus sendiri juga menghadiri pesta.
Yoh 2:1-11 - “(1) Pada hari ketiga ada
perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; (2) Yesus dan
murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu. (3) Ketika mereka
kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan
anggur.’ (4) Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu,
ibu? SaatKu belum tiba.’ (5) Tetapi ibu Yesus berkata kepada
pelayan-pelayan: ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!’ (6) Di
situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang
Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. (7) Yesus berkata kepada
pelayan-pelayan itu: ‘Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan
air.’ Dan merekapun mengisinya sampai penuh. (8) Lalu kata Yesus kepada
mereka: ‘Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.’ Lalu
merekapun membawanya. (9) Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah
menjadi anggur itu - dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi
pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya - ia memanggil mempelai
laki-laki, (10) dan berkata kepadanya: ‘Setiap orang menghidangkan anggur
yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan
tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.’ (11) Hal itu
dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya
dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya”.
Yoh 4:45 - “Maka setelah ia tiba di Galilea,
orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala
sesuatu yang dikerjakanNya di Yerusalem pada
pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu”.
Yoh 7:2-10 - “(2) Ketika itu sudah dekat
hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. (3) Maka kata
saudara-saudara Yesus kepadaNya: ‘Berangkatlah dari sini dan pergi ke
Yudea, supaya murid-muridMu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau
lakukan. (4) Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika
ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian,
tampakkanlah diriMu kepada dunia.’ (5) Sebab saudara-saudaraNya
sendiripun tidak percaya kepadaNya. (6) Maka jawab Yesus kepada mereka:
‘WaktuKu belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. (7) Dunia tidak
dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia,
bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. (8) Pergilah kamu ke pesta itu. Aku
belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap.’ (9) Demikianlah kataNya
kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea. (10) Tetapi sesudah
saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun
pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. ... (14)
Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di
situ. ... (37) Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus
berdiri dan berseru: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan
minum!”.
Yang dilarang oleh Kitab Suci dalam ayat-ayat di bawah ini, jelas bukan
seadanya pesta, tetapi pesta pora yang berlebihan.
¨
Luk 21:34 - “‘Jagalah
dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta
kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba
jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”.
¨
Ro 13:13 - “Marilah
kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora
dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam
perselisihan dan iri hati”.
¨
Gal 5:19-21 - “(19)
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20)
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -
seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang
demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.
¨
1Pet 4:3 - “Sebab
telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang
yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu,
keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan
berhala yang terlarang”.
Perhatikan bahwa dalam semua ayat-ayat di atas, kata-kata ‘pesta
pora’ selalu bergandengan dengan ‘kemabukan’.
e) Kesibukan, tenaga dan uang yang
dikeluarkan.
Internet: “Menimbang banyaknya kesibukan yang harus dilakukan, dan waktu,
tenaga dan uang yang harus dikeluarkan, hanya untuk menikmati perayaan ini,
maka adalah PEMIKIRAN YANG BIJAKSANA jika kita mau berpegang pada firman
Allah”.
Jawaban saya:
Orang bodoh ini menganggap Natal tidak berguna, sehingga lalu menganggap
semua kesibukan, tenaga, uang, pikiran yang dikeluarkan untuk Natal sebagai
sia-sia. Tetapi kalau ia mau membuka matanya sedikit saja, maka mungkin ia bisa
melihat bahwa pada perayaan Natal kita bisa memberitakan Injil, mengembalikan
kasih yang semula, mengingat kembali cinta Tuhan bagi kita, mempererat
persekutuan dengan sesama saudara seiman, dan seharusnya ia bisa melihat bahwa
semua ini bukanlah sesuatu yang sia-sia.
f) Kartu Natal.
Dalam persoalan mengirim kartu Natal, ini memang bisa menjadi
suatu pemborosan uang. Saya sering ‘memarahi’ jemaat saya yang melakukan
pemborosan uang dengan mengirim kartu Natal kepada saya, padahal mereka bertemu
dengan saya dalam kebaktian. Mengapa tidak memberi selamat Natal dengan tangan
saja, yang biayanya gratis? Tetapi pada saat yang sama
saya tidak anti secara mutlak terhadap pengiriman kartu Natal, karena
pengiriman kartu Natal itu bisa menjadi sarana penginjilan kalau kita memilih
kartu yang kata-katanya bersifat penginjilan, atau kalau kita menuliskan
ayat-ayat yang injili pada kartu Natal tersebut.
Juga sekarang, dengan adanya handphone dan SMS, maka ucapan selamat
Natal bisa dilakukan melalui SMS dengan lebih cepat dan lebih murah. Hal yang sama
bisa dilakukan dengan email / internet.
g) Mistletoe.
Encyclopedia Britannica 2000
dengan topik ‘Mistletoe’: “any of many species of semiparasitic green
plants of the families Loranthaceae and Viscaceae, especially those of the
genera Viscum, Phoradendron, and Arceuthobium, all
members of the Viscaceae. Viscum album, the traditional mistletoe of
literature and Christmas celebrations, is distributed
throughout Eurasia from
Saya hanya menterjemahkan
bagian yang saya garis-bawahi, yaitu:
“Mistletoe
pernah dipercaya mempunyai kekuatan magis maupun khasiat pengobatan. Belakangan, berkembang suatu
kebiasaan di Inggris (dan, lebih belakangan lagi, di Amerika Serikat) tentang
penciuman di bawah mistletoe, suatu tindakan yang pernah dipercaya akan membimbing secara tak terelakkan pada pernikahan”.
Tradisi penciuman di Inggris
dan Amerika berkenaan dengan tanaman mistletoe ini, adalah sebagai berikut:
dalam suatu perayaan
Memang jelas bahwa perayaan Natal sering dicampur aduk dengan hal-hal
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Natal, dan bahkan dengan hal-hal
yang bertentangan dengan Kitab Suci, seperti pesta pora, mabuk-mabukan, dan
khususnya Sinterklaas / Santa Claus
dan lagu-lagu tentangnya, yang paling saya benci, karena merupakan suatu dusta.
Hal-hal ini memang harus dibuang dari perayaan Natal. Tetapi bahwa ada
orang-orang tertentu yang merayakan Natal dengan menggunakan hal-hal ini, tidak
berarti bahwa kita harus membuang seluruh Natal. Sama saja kalau ada orang
menggunakan mobil untuk merampok, itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh
menggunakan mobil. Juga kalau ada sebagian orang kristen berbakti dengan cara
yang salah, itu tidak berarti bahwa semua kebaktian harus dibuang. Jadi, saya
berpendapat perayaan Natal bukannya harus dibuang tetapi harus dimurnikan / dibersihkan.
Saudara mungkin berkata bahwa tidak mungkin kita bisa memurnikan Natal. Maka
saya jawab bahwa gereja juga banyak mengandung kebobrokan, dan harus
dimurnikan. Apakah mungkin memurnikan gereja? Jelas tidak mungkin, tetapi kita
toh tidak ragu-ragu untuk mempertahankan keberadaan gereja. Lalu apa bedanya
dengan Natal?