Bolehkah Kita Merayakan
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
2 ayat
yang mendukung perayaan
Setelah membahas keberatan-keberatan dari orang-orang yang anti
1Kor 6:12 - “Segala
sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu
halal bagiku, tetapi aku tidak
membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”.
1Kor 10:23
- “‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan
segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan
segala sesuatu membangun”.
Calvin: “he
treats here of outward things, which God has left to the free choice of
believers”
(= di sini ia membicarakan
tentang hal-hal lahiriah, yang Allah tinggalkan pada pemilihan bebas dari orang-orang
percaya) - hal 214.
Pulpit Commentary: “By
‘all things,’ of course, is only meant ‘all things which are
indifferent in themselves.’” (= Dengan
‘segala sesuatu’,
tentu saja, hanya dimaksudkan ‘segala sesuatu yang bukannya baik ataupun
buruk dalam diri mereka sendiri’) - hal 193.
Jadi ayat ini berhubungan
dengan hal-hal yang tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh Tuhan. Hal-hal
seperti ini boleh dilakukan dengan 2 syarat:
1) Hal itu berguna / membangun.
Contoh yang salah:
tidur sepanjang hari; ini jelas
tidak berguna.
Pulpit Commentary: “It has been well said,
‘Unlawful things ruin thousands, lawful things (unlawfully used) ten
thousands.’ And also, ‘Nowhere does the devil build his little
chapels more cunningly than right by the side of the
2) Hal itu tidak memperhamba kita.
Contoh yang
salah: rokok, ganja, atau bahkan
makan berlebihan, dan sebagainya; ini jelas memperbudak.
Adam Clarke: “A man is brought under the
power of any thing which he cannot give up. He is the slave of that thing,
whatsoever it be, which he cannot relinquish; and then, to him, it is
sin”
(= Seseorang dibawa ke bawah kuasa
dari apapun yang tidak bisa ia lepaskan. Ia adalah hamba dari hal itu, apapun
itu adanya, yang tidak bisa
ia lepaskan; dan lalu, bagi dia,
itu adalah dosa) - hal 218.
Ayat-ayat ini bisa mendukung
pelaksanaan hal-hal yang tidak
diperintahkan, tetapi juga tidak dilarang
oleh Kitab Suci, selama hal-hal itu berguna
/ membangun.
Sekarang, kalau kita menerapkan pada perayaan Natal, maka jelas bahwa
perayaan Natal tidak memperhamba, tetapi justru berguna dan membangun. Apa gunanya dan dalam hal apa perayaan
Natal itu membangun?
a) Natal berguna untuk pemberitaan
Injil.
Banyak orang
yang tidak pernah ke gereja,
mau ke gereja
pada Natal, dan ini merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk memberitakan
Injil kepada mereka. Dalam buku-buku KKR saya ada khotbah-khotbah Natal saya, dan kalau saudara lihat,
semua khotbah Natal saya merupakan khotbah yang berisi pemberitaan
Injil. Bahkan dalam gereja-gereja
yang tidak injili, sekalipun khotbahnya tidak memberitakan Injil, tetapi pada perayaan
Natal tetap ada lagu-lagu Natal yang injili, dan pembacaan ayat-ayat yang bersifat
penginjilan, sehingga Injil tetap diberitakan
pada Natal. Mengapa kita harus membuang
perayaan Natal, kalau itu memang menyebabkan
penyebaran Injil? Bahkan kartu Natal, yang dianggap sebagai
pemborosan, dan memang bisa merupakan pemborosan, bisa diarahkan pada penginjilan, yaitu kalau kita memilih
kartu Natal yang kata-katanya mengandung
Injil, atau menuliskan kata-kata yang bersifat
penginjilan. Saudara juga bisa menggunakan
hand phone saudara untuk mengirimkan
SMS yang bukan hanya berisikan kata-kata ‘Selamat Hari Natal’ tetapi juga kata-kata / ayat-ayat
yang bersifat penginjilan. Kalau yang demikian masih
dianggap sebagai pemborosan, maka yang menganggap seperti itu hanyalah
orang gila secara rohani!
b) Untuk mengingatkan jemaat akan kasih
Allah.
Perenungan tentang
Allah yang mau menjadi manusia dalam diri
Yesus Kristus, membuat kita bisa
merasakan kasih Allah kepada kita. Dan ini bisa menyegarkan
iman orang-orang kristen, dan mengembalikan mereka pada kasih mereka
yang semula kepada Allah.
c) Untuk sarana persekutuan,
dan lebih mendekatkan jemaat satu sama lain.
Saya tidak anti pesta Natal, selama tidak keterlaluan / terlalu mewah, karena saya berpendapat hal itu bisa
mempererat persekutuan antar Jemaat. Dalam
Perjanjian Lama juga ada pesta-pesta
yang ditetapkan oleh Tuhan, lalu
mengapa dalam Perjanjian Baru kita tidak boleh
mengadakan pesta kalau hal itu
memang berguna? Jadi, rayakanlah Natal dengan pesta, tetapi
aturlah sedemikian rupa, supaya pesta
itu menjadi sesuatu yang memajukan
persekutuan di antara jemaat.
Saya
sama sekali tidak setuju dengan penghapusan
perayaan Natal, karena saya
menganggap bahwa perayaan Natal itu sangat berguna. Tetapi supaya perayaan
Natal itu tidak menyandungi orang-orang tertentu, mari kita memurnikan
perayaan Natal tersebut. Selalulah berhati-hati supaya tidak
memasukkan unsur-unsur yang salah
ke dalam perayaan Natal. Juga selalulah membuatnya berguna dan membangun, baik dengan memberitakan
Injil, mengadakan acara untuk mengakrabkan, dan juga mengambil waktu secara pribadi untuk merenungkan kasih Tuhan pada
Natal, supaya saudara sendiri bertumbuh dalam kasih kepada
Tuhan melalui perayaan Natal tersebut.