Argumentasi dan Theologia dalam
Memberitakan Injil
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Tuhan menghendaki setiap orang kristen untuk
melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh Tuhan.
Bahwa Tuhan memberikan kepada setiap orang
Kristen karunia-karunia yang berbeda-beda terlihat dari 1Kor 12:7-11 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan
Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan
karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama
memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh
yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk
menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan
mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada
yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh.
Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh,
dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
(11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang
dikehendakiNya”.
Dan bahwa Tuhan menghendaki setiap orang
Kristen melayani sesuai karunia-karunia yang ada padanya terlihat dari:
Jadi tidak setiap orang kristen harus
berkhotbah, menjadi guru sekolah minggu, dsb. Tetapi Pemberitaan Injil
merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap / semua orang kristen.
Caranya boleh berbeda-beda sesuai karunia masing-masing, misalnya ada yang
memberitakan Injil melalui khotbah, ada yang secara pribadi, ada yang melalui
pemberian traktat, ada yang melalui tulisan, dan sebagainya. Tetapi setiap
orang Kristen harus memberitakan Injil! Ini terlihat dari perintah Tuhan Yesus
sendiri, seperti dalam:
¨
Mat 28:19
- “Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus”.
¨
Kis 1:8
- “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau
Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan
Ini juga terlihat dari teladan jemaat abad
pertama, seperti yang digambarkan dalam text di bawah ini.
Kis 8:1,4 - “(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada
waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka
semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan
Perhatikan bahwa mereka yang tersebar itu
bukan rasul-rasul, tetapi jemaat biasa. Tetapi mereka memberitakan Injil!
Karena Pemberitaan Injil merupakan perintah
Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa
pasif).
Perhatikan juga ayat-ayat di bawah ini:
1) Hak 5:23 - “‘Kutukilah
Perhatikan bahwa
2) Yer 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan
pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya
dari penumpahan darah!”.
Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci
Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di atas
tentang penduduk
3) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat:
Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak
berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat,
supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi
Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita
injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri
kita.
4) Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku
dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.
Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau
saudara adalah ‘sahabat Tuhan’, atau saudara adalah ‘lawan Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap
sebagai ‘pencerai-berai
/ pengacau gereja’! Jadi,
siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai /
pengacau gereja’!
Tuhan bisa memberitakan Injil sendiri; ini
terlihat dalam kasus pertobatan Saulus / Paulus.
Kis 9:3-6 - “(3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat
Dia juga bisa memberitakan Injil melalui
malaikat; ini terjadi pada
Luk 2:8-14 - “(8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di
1) 1Tim 1:12-13 - “(12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan
aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan
mempercayakan pelayanan ini kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang
penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah
dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di
luar iman”.
Perhatikan komentar-komentar dari
penafsir-penafsir ini tentang text ini:
·
Matthew Henry:
“A call to the ministry is a
great favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus
Christ” (= Panggilan ke dalam
pelayanan merupakan suatu kemurahan yang besar, untuk mana mereka yang
dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada Yesus Kristus).
·
Barnes’ Notes:
“If there is anything for which
a good man will be thankful, and should be thankful, it is that he has been so
directed by the Spirit and providence of God as to be put into the ministry. It
is indeed a work of toil, and of self-denial, and demanding many sacrifices of
personal ease and comfort. It requires a man to give up his splendid prospects
of worldly distinction, and of wealth and ease. It is often identified with
want, and poverty, and neglect, and persecution. But it is an office so
honorable, so excellent, so noble, and ennobling; it is attended with so many
precious comforts here, and is so useful to the world, and it has such promises
of blessedness and happiness in the world to come, that no matter what a man is
required to give up in order to become a minister of the gospel, he should be
thankful to Christ for putting him into the office” (= Jika ada sesuatu apapun untuk mana seseorang yang baik /
saleh akan bersyukur, dan seharusnya bersyukur, itu adalah bahwa ia telah
diarahkan sedemikian rupa oleh Roh dan providensia Allah sehingga diletakkan ke
dalam pelayanan. Itu memang merupakan suatu pekerjaan yang berat, dan
penyangkalan diri, dan menuntut banyak pengorbanan ketenteraman dan kesenangan
pribadi. Itu menuntut seseorang untuk menyerahkan prospeknya yang bagus tentang
kehormatan duniawi, dan tentang kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan /
digabungkan dengan kekurangan, dan kemiskinan, dan pengabaian, dan
penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu jabatan / tugas yang begitu terhormat,
begitu bagus, begitu mulia, dan memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak
penghiburan yang berharga di sini, dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu
mempunyai janji-janji berkat dan kebahagiaan dalam dunia yang akan datang,
sehingga tak peduli apa yang dituntut untuk diserahkan dari seseorang untuk
menjadi seorang pelayan injil, ia harus bersyukur kepada Kristus untuk
meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).
2) Ro 1:5 - “Dengan perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan
jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat
kepada namaNya”.
Jadi,
jabatan / pelayanan sebagai rasul itu oleh Paulus dianggap sebagai kasih
karunia!
3) Ro 15:15-17 - “(15) Namun, karena kasih karunia yang telah
dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah
menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, (16) yaitu bahwa aku boleh menjadi
pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan
pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima
oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya, yang disucikan oleh Roh
Kudus. (17) Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi
Allah”.
Jadi,
bagi Paulus, panggilan pelayanannya / panggilan pelayanan pemberitaan Injil
yang diberikan kepadanya, merupakan suatu kasih karunia. Bandingkan dengan
kebanyakan orang Kristen yang pelayanannya dianggap sebagai beban yang
memberatkan, sehingga semakin cepat ‘pensiun’ semakin baik.
4) Gal 1:15-16 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak
kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan
menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara
bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan
kepada manusia”.
Lagi-lagi panggilan Tuhan untuk memberitakan
Injil di kalangan orang-orang non Yahudi oleh Paulus dianggap sebagai kasih
karunia Allah!
Illustrasi: ada seorang penyanyi
Penerapan:
Kalau saudara adalah orang kristen yang
sejati, maka saudara juga dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan Injil. Apakah
saudara menganggapnya sebagai suatu beban, atau sebagai sesuatu yang
menakutkan, atau sebagai kasih karunia?
Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan Injil,
dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.
Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke
kota-kota yang berdekatan, supaya di
Kristus adalah teladan kita. Ini terlihat
dari:
Yoh 13:15 - “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu,
supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.
Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8)
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Dalam persoalan menjadikan Yesus sebagai
teladan, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan:
1) Saudara harus menerima Dia sebagai
Juruselamat lebih dahulu, dan barulah saudara boleh / bisa menjadikan Dia
sebagai teladan dalam kehidupan saudara. Jangan menjadikan Yesus sebagai
teladan kalau saudara belum menerima Dia sebagai Juruselamat saudara. Mengapa?
Karena:
a) Saudara tidak mungkin bisa melakukan hal itu.
Untuk bisa meneladani tindakan Yesus, kita
membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus. Sedangkan kalau saudara belum percaya
dan menerima Dia sebagai Juruselamat saudara, saudara belum mempunyai Roh
Kudus.
b) Andaikatapun saudara bisa meneladani Dia, itu
tidak ada gunanya. Dosa-dosa saudara tidak ditebus, dan karena itu dosa-dosa
itu tetap akan membawa saudara ke neraka untuk selama-lamanya!
2) Tidak
semua yang Yesus lakukan harus kita teladani.
Misalnya: Ia tidak menikah, Ia berpuasa 40
hari, Ia mati untuk dosa-dosa kita, dan sebagainya. Hal-hal ini tidak perlu /
tidak bisa kita teladani. Jadi, kita harus melihat pada seluruh Kitab Suci
untuk melihat apakah sesuatu yang Yesus lakukan itu harus kita teladani atau
tidak.
Dalam persoalan memberitakan Injil, karena
adanya perintahNya untuk memberitakan Injil, maka jelas harus disimpulkan bahwa
itu merupakan tindakan Yesus yang harus kita teladani. Karena itu, rasul-rasul,
yang adalah pengikutNya, meniru teladanNya, dengan juga memberitakan Injil,
sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh Kitab Kisah Para
Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus meniru teladanNya
dalam memberitakan Injil.
Konsep saudara tentang hidup ini merupakan
sesuatu yang penting. Kalau konsep saudara tentang hidup adalah: ‘karena hidup hanya satu kali, maka saya harus
menikmatinya’,
maka mungkin saudara tidak akan pernah memberitakan Injil. Tetapi ingat bahwa
konsep hidup dalam Kitab Suci adalah: hidup merupakan peperangan rohani. Karena
hidup ini adalah peperangan rohani melawan setan, maka kita tidak boleh hidup
santai!
Dalam peperangan, pertahanan adalah sesuatu
yang sangat penting. Menyerang tanpa mempedulikan pertahanan, merupakan sesuatu
yang sangat berbahaya dalam peperangan. Tetapi sebaliknya, kita tidak mungkin
bisa menang kalau kita hanya bertahan. Jadi, kedua-duanya harus kita lakukan.
Kita harus memperhatikan pertahanan kita, misalnya dengan banyak belajar Firman
Tuhan, dengan banyak berdoa, dengan menjauhi pencobaan, dan sebagainya. Tetapi
kita juga harus menyerang, dan Pemberitaan Injil adalah penyerangan dalam
perang melawan setan ini, karena melalui Pemberitaan Injil kita mengusahakan
supaya anak-anak setan / musuh-musuh Tuhan bisa menjadi anak-anak Tuhan. Karena
itu, jangan heran kalau setan paling tidak senang dengan orang Kristen yang
memberitakan Injil, dan paling banyak menyerang orang-orang seperti itu!
Apakah ini harus membuat kita takut? Tidak,
karena:
1) Dalam Ro 8:31 Paulus berkata: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya
itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”.
2) Dalam Amanat AgungNya, Yesus bukan hanya
memberikan perintah untuk memberitakan Injil, tetapi juga janji penyertaanNya
kepada orang-orang kristen yang memberitakan Injil.
Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu
dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul, jumlah jemaat
bertumbuh dengan pesat (Kis 1:26 2:41,47
4:4 5:14 6:7). Tetapi
kelihatannya pada jaman sekarang tidak. Mengapa? Karena pada abad pertama,
semua jemaat ikut memberitakan Injil. Tetapi keadaan berubah! Pada sekitar tahun
1970-an seorang misionaris mengatakan bahwa statistik menunjukkan bahwa hanya
0,5 % (setengah persen) orang kristen yang memberitakan Injil!
1) Keadaan I adalah
dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang adalah seorang penginjil
yang hebat, yang setiap hari bisa membawa 1000 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi
orang-orang yang sudah bertobat itu tidak ada yang memberitakan Injil.
2) Keadaan II
adalah dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang setiap tahun hanya
bisa membawa 1 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi setiap jiwa yang bertobat
juga memberitakan Injil dan setiap tahun masing-masing orang mendapat 1 jiwa.
Maka
kita akan mendapatkan tabel sebagai berikut:
Tahun 1000 / hari 1 / tahun
---------------------------------------------------------
1 365.000 2 = 21
2 730.000 4 = 22
3 1.095.000 8 = 23
.
.
.
32 11.680.000 232 = 4,3 milyar.
33 12.045.000 233 = 8,6 milyar.
Saudara
bisa melihat bahwa dalam keadaan I, dalam 33 tahun, baru sekitar 12 juta orang
yang menjadi kristen. Ini belum mencakup seluruh penduduk Jawa Timur. Tetapi
dalam keadaan II, dalam 33 tahun, ada 8,6 milyar orang kristen. Ini sudah lebih
dari penduduk dunia saat ini!
Jadi,
kalau saudara selalu membiarkan Pendeta / Penginjil saja yang memberitakan
Injil, paling-paling pertumbuhan gereja / kekristenan akan menyerupai keadaan
I, bahkan lebih buruk dari keadaan I. Mengapa? Karena perlu diingat, bahwa
tidak ada pendeta / penginjil yang bisa mempertobatkan 1000 orang setiap hari!
Bahkan Petrus, yang berhasil mempertobatkan 3.000 orang dalam satu hari
(Kis 2:41), tidak setiap hari berhasil mempertobatkan 1.000 orang. Semua
ini menyebabkan pertumbuhan gereja / kekristenan akan sangat lambat, atau,
lebih buruk lagi, bisa menyebabkan kemunduran! Tetapi kalau setiap orang
kristen mau memberitakan Injil, kita akan seperti keadaan II. Pertumbuhan
gereja / kekristenan akan cepat sekali!
Perlu juga diketahui bahwa kalau Injil tidak tersebar dengan
cepat, maka ada alternatifnya, yaitu: ajaran sesatlah yang akan tersebar!
Seorang
yang bernama Daniel Webster berkata sebagai berikut:
“If religious books are not widely circulated among the
masses in this country, I do not know what is going to become of us as a
nation. If truth be not diffused, error will be; if God and His Word are not
known and received, the devil and his works will gain the ascendancy; if the
evangelical volume does not reach every hamlet, the pages of a corrupt and
licentious literature will; if the power of the Gospel is not felt throughout
the length and breadth of the land, anarchy and misrule, degradation and
misery, corruption and darkness, will reign without mitigation or end” (= Jika buku-buku agama /
rohani tidak beredar secara luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak
tahu apa yang akan terjadi pada kita sebagai bangsa. Kalau kebenaran tidak disebarkan,
maka kesalahanlah yang akan tersebar; kalau Allah dan FirmanNya tidak diketahui
/ dikenal dan diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan /
pengaruh; kalau buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman
yang jahat dan literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; kalau kuasa
Injil tidak dirasakan diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan
pemerintahan yang salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan /
kecurangan dan kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir).
Seorang
yang bernama Edmund Burke berkata:
“All
that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing” (= Semua yang dibutuhkan
supaya kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa)
- ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.
Sekarang mari kita membandingkan kesuaman
penginjilan dalam kalangan Kristen dengan keaktifan penginjilan yang luar biasa
dalam kalangan sekte Saksi Yehuwa! Seorang penatua
Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa pada saat ini dalam
dunia ada sekitar 6 juta Saksi (ini tidak termasuk pengunjung biasa dalam
kebaktian; yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif
memberitakan Injil dari rumah ke rumah). Dan pertambahan setiap tahun adalah
sebanyak kira-kira 360.000 orang. Pertambahan 6 % setahun ini merupakan sesuatu
yang luar biasa. Seorang penulis internet mengatakan bahwa puncak tertinggi
dari pertumbuhan Saksi Yehuwa terjadi pada tahun 1974, yaitu mencapai 13,5 %!
Kalau saudara bertanya: ‘Mengapa mereka bisa bertumbuh begitu
pesat?’, maka salah satu jawabnya adalah, karena Saksi Yehuwa tidak
membedakan antara Pendeta / pengkhotbah / penatua dengan orang awam. Semua
Saksi-Saksi Yehuwa didorong dan dilatih untuk memberitakan ‘Injil’.
Dan dalam buku ‘Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa’, hal 23,
dikatakan bahwa 65 % anggota-anggota Saksi Yehuwa aktif memberitakan
‘Injil’ (bandingkan ini dengan orang kristen di Indonesia yang,
menurut statistik di atas, hanya 0,5 % saja yang memberitakan Injil).
Pemberitaan Injil memang merupakan pelayanan yang paling ditekankan, atau
ditekankan secara luar biasa, dalam Saksi Yehuwa. Dahulu pada saat mereka
dilarang di Indonesia, mereka tetap memberitakan ‘Injil’ dengan
rajin dan berani, apalagi sekarang, setelah mereka disahkan / diijinkan.
Encyclopedia Britannica 2000: “During the year, nearly five million
Witnesses spent over one billion hours spreading Bible knowledge to their
neighbours. This educational work was at the heart of the 80% growth in the
number of the Witnesses during the past decade” [= Dalam sepanjang
tahun (maksudnya
tahun 1994), hampir 5 juta Saksi-Saksi menghabiskan lebih dari satu milyar jam
untuk menyebarkan pengetahuan Alkitab kepada tetangga-tetangga mereka (ini berarti setiap orang menghabiskan lebih
dari 200 jam / tahun). Pekerjaan pendidikan ini merupakan inti / pokok dari 80 %
pertumbuhan dalam jumlah dari Saksi-Saksi sepanjang 10 tahun yang lalu].
Seorang
penatua Saksi Yehuwa mengatakan bahwa:
Dari
internet saya mendapatkan statistik Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia untuk tahun
2001 sebagai berikut:
¨
jumlah pengunjung biasa dalam kebaktian
36.158 orang, sedangkan jumlah Saksi-Saksi Yehuwa 16.136 orang; itu berarti
presentase yang memberitakan Injil adalah 44,6 %.
¨
jumlah penginjilan yang mereka lakukan
dalam tahun 2001 itu adalah 2.895.595 jam, yang berarti mendekati 180 jam per
orang per tahun.
Tentang
banyaknya jam penginjilan Saksi-Saksi Yehuwa di dunia, statistik tahun 2001
mengatakan bahwa 6.117.666 Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan Injil sebanyak
1.169.082.225 jam, dan itu berarti rata-rata setiap Saksi Yehuwa memberitakan
Injil lebih dari 190 jam per tahun.
Sebetulnya
kalau kita mengingat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa itu sesat dan tidak mempunyai
keyakinan keselamatan, sedangkan orang kristen mempunyai keyakinan keselamatan,
tetapi Saksi-Saksi Yehuwa jauh lebih rajin dan berani dalam ‘memberitakan
Injil’, maka kita seharusnya merasa malu!
Saya
berharap bahwa kata-kata ini bisa mendorong setiap orang kristen, terlebih
lagi setiap hamba Tuhan, untuk lebih giat dalam memberitakan Injil / Firman
Tuhan.
Kitab Suci berkata bahwa:
1) Semua manusia berdosa.
Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun
tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang
mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna,
tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang
telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
2) Karena itu, semua orang akan dihukum.
Ro 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah
hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak
percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka
akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan
belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
3) Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya
sendiri dengan perbuatan baiknya / ketaatannya.
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan
oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus
Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami
dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum
Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh
karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia
Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah
kematian Kristus”.
Ketaatan terhadap hukum Taurat sama dengan
ketaatan terhadap Firman Tuhan, dan ayat di atas mengatakan bahwa hal itu tidak
bisa membenarkan siapapun.
4) Kristus sudah mati menebus dosa kita sehingga
dalam Kristus ada pengampunan / pembebasan dari hukuman Allah.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa
percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena
namaNya.’”.
Kis 13:38-39 - “(38) Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena
Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah
setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak
dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.
Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka
yang ada di dalam Kristus Yesus”.
5) Tetapi orang-orang yang belum pernah
mendengar tentang Kristus tidak bisa percaya kepadaNya, dan karenanya tidak
bisa diselamatkan.
Banyak orang Kristen yang yakin bahwa orang
yang sudah mendengar Injil, tetapi tetap tidak percaya kepada Kristus, pasti
masuk neraka. Tetapi banyak orang Kristen yang bingung dan bertanya-tanya
tentang nasib dari orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil sampai mati.
Saya berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga
akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa
masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa
kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid
Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga
pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab
Suci yang lain seperti:
a) Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa
hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar
Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan ‘binasa tanpa
hukum Taurat’.
Artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat, tetapi mereka
tetap binasa / masuk neraka, karena mereka tetap mempunyai dosa. Mungkin mereka
dihakimi berdasarkan hati nurani mereka, dan tidak ada orang yang bisa hidup
100 % sesuai dengan hati nuraninya!
Analoginya, dalam jaman Perjanjian Baru, orang
yang tidak pernah mendengar Injil, akan ‘binasa tanpa Injil’! Mereka memang tidak akan dihakimi
berdasarkan Injil, tetapi mereka tetap mempunyai dosa, dan mereka harus dihukum
karena itu.
b) Ro 10:13-14 - “(13) Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi
bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang
Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang
berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru
kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa
percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak
akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil
kepadaNya.
Kalau kita membalik urutannya dari belakang,
maka kita akan mendapatkan sebagai berikut: kalau tidak ada orang yang
memberitakan Injil kepadanya, maka ia tidak bisa mendengar tentang Dia,
sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya,
sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang
tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak selamat.
Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke tempat-tempat
yang belum pernah dijangkau Injil.
c) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat:
Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak
berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat,
supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya,
tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan bahwa
orang jahat yang tidak diperingati / diinjili itu, akan mati dalam
kesalahannya!
Jadi merupakan tugas kita untuk memberitakan
Injil kepada mereka supaya mereka bisa mendengar Injil, lalu percaya dan
diselamatkan dari murka Allah.
Jadi, Pemberitaan Injil sebetulnya merupakan
tindakan kasih kita kepada orang yang belum diselamatkan.
Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi
bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang
Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran
oleh firman Kristus”.
Tetapi mungkin mereka bisa menjawab dengan
1Pet 3:1-2 yang berbunyi sebagai berikut: “Demikian juga kamu, hai istri-istri,
tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya,
jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka
itu”.
Apakah ayat ini berarti bahwa kita bisa
memenangkan jiwa hanya dengan kesalehan, tanpa pemberitaan Injil? Calvin
menjawab pertanyaan ini dengan komentarnya tentang 1Pet 3:1-2 itu yang
berbunyi sebagai berikut:
“But it may seem strange that Peter should say, that a
husband might be gained to the Lord without a word; for why is it said, that
‘faith cometh by hearing?’ Rom. 10:17. To this I reply, that Peter’s
words are not to be so understood as though a holy life alone could lead the
unbelieving to Christ, but that it softens and pacifies their minds, so
that they might have less dislike to religion; for as bad examples create
offences, so good ones afford no small help. Then Peter shews that wives by a
holy and pious life could do so much as to prepare their husbands, without
speaking to them on religion, to embrace the faith of Christ” (= Tetapi kelihatannya
aneh bahwa Petrus berkata bahwa seorang suami bisa dimenangkan bagi Tuhan tanpa
perkataan; karena mengapa dikatakan bahwa ‘iman timbul dari
pendengaran?’ Ro 10:17. Terhadap pertanyaan ini saya menjawab bahwa kata-kata
Petrus tidak boleh dimengerti seakan-akan suatu kehidupan yang kudus saja bisa
membimbing orang yang tidak percaya kepada Kristus, tetapi bahwa itu
melunakkan dan menenangkan pikiran mereka, sehingga mereka bisa berkurang dalam
ketidak-senangannya terhadap agama; karena sebagaimana teladan yang jelek
menciptakan batu sandungan, begitu juga teladan yang baik memberikan
pertolongan yang tidak kecil. Maka Petrus menunjukkan bahwa istri-istri, oleh
kehidupan yang kudus dan saleh, bisa melakukan begitu banyak untuk
mempersiapkan suami-suami mereka, tanpa berbicara kepada mereka tentang agama,
untuk memeluk iman Kristus)
- hal 95-96.
Jadi jelaslah bahwa Petrus hanya memaksudkan
bahwa hidup saleh itu hanya bisa mempersiapkan seseorang untuk bisa menerima
Kristus, tetapi selanjutnya masih perlu disertai dengan pemberitaan Injil
supaya mereka bisa percaya.
Banyak orang berkata bahwa ada banyak jalan ke
surga, dan Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga. Seandainya hal ini
benar, maka jelas bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil. Tetapi Kitab Suci
tidak mengajar demikian. Kitab Suci menyatakan secara sangat jelas bahwa Yesus
adalah satu-satunya jalan (bukan salah satu jalan) ke surga. Perhatikan
ayat-ayat ini:
·
Yoh 14:6
- “Kata
Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
·
Kis 4:12
- “Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan”.
·
1Yoh 5:11-12
- “(11)
Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada
kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia
memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
Karena itu, kita harus memberitakan Injil.
Catatan: karena pentingnya kepercayaan terhadap Kristus sebagai
satu-satunya jalan ke surga, dalam persoalan keselamatan dan penginjilan, dan
karena banyaknya serangan terhadap doktrin ini dari kalangan gereja-gereja yang
liberal, maka hal ini akan saya bahas secara khusus dalam bab / pelajaran yang
berikut.
Pendidikan (termasuk pendidikan sex), hukuman
penjara, dsb, hanya bisa mengubah seseorang dari luar, dan bahkan seringkali
sama sekali tidak mengubah manusia.
Misalnya:
Tetapi Pemberitaan Injil, kalau itu diterima,
akan menyebabkan seseorang berubah.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan
baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Berbeda dengan perubahan yang dihasilkan oleh
pendidian, penjara dsb, perubahan yang terjadi karena seseorang menerima Yesus
Kristus sebagai Juruselamatnya, akan mengubah orang itu dari dalam. Mengapa?
Karena orang yang percaya kepada Kristus pasti menerima Roh Kudus, dan Roh
Kudus di dalam diri orang itu akan menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23),
yang akan menguduskan kehidupan orang itu.
Contoh:
¨
Saulus
/ Paulus.
Gal 1:20-23 - “(20) Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan
kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. (21) Kemudian aku pergi ke
daerah-daerah Siria dan Kilikia. (22) Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh
jemaat-jemaat Kristus di Yudea. (23) Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang
dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak
dibinasakannya”.
¨
Zakheus
(Luk 19:1-10).
Yoh 14:15 - “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti
segala perintahKu”.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yoh 9:4 - “Kita
harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan
datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja”.
2Tim 4:2-5 - “(2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak
baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan
segala kesabaran dan pengajaran. (3) Karena akan datang waktunya, orang tidak
dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru
menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan
memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (5) Tetapi
kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan
pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”.
Saat inipun sudah banyak orang yang hanya
senang mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon, kesaksian, dongeng dsb.
Pada hakekatnya mereka bukan menyenangi Firman Tuhan tetapi lelucon, kesaksian,
dongeng, dsb. Jadi boleh dikatakan bahwa nubuat dalam 2Tim 4:2-5 itu sudah
menjadi kenyataan pada saat ini. Tetapi bagaimanapun juga, sekarang masih ada
orang-orang yang mau mendengar Injil / Firman Tuhan. Kita harus memanfaatkan
kesempatan ini sebelum ‘malam’ tiba (Yoh 9:4). Saat itu kita sudah
sama sekali tidak bisa memberitakan Injil. Saat itu bisa terjadi pada saat Kristus
datang kedua kalinya atau pada saat kita mati, atau menjelang akhir jaman
dimana manusia menjadi begitu bejatnya sehingga sama sekali tidak mau mendengar
Injil lagi.
Sebagai penutup bagian ini, mari kita membaca 3 buah ayat Kitab
Suci:
·
Yer 20:9
- “Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku
tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi
namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang
menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk
menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.
·
Kis 4:20
- “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk
tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami
dengar.’”.
·
1Kor 9:16
- “Karena jika aku memberitakan Injil, aku
tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan
bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”.
-AMIN-