Argumentasi dan Theologia dalam
Memberitakan Injil
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Alasan-alasan yang sering dipakai adalah:
1) Kita
tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.
2) Kita
tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama
lain.
3) Kita harus bertoleransi terhadap agama lain.
4) Kita tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu
apakah orang yang tidak percaya kepada Yesus akan
masuk ke neraka.
5) Mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan
ke surga adalah sikap egois, tidak kasih dan mau menangnya sendiri.
6) Orang yang beragama lain
banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke neraka?
Dasar Kitab Suci bahwa Yesus adalah
satu-satunya jalan ke surga:
1) Ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini secara
jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
ˇ
Yoh 14:6
- “Kata
Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
*
Kitab
Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah mengatakan pernyataan ini, tetapi
Kitab Suci mencatat seolah-olah Yesus mengatakan pernyataan ini.
*
Kitab
Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan pernyataan ini. Tetapi Yesusnya
berdusta, karena Ia menyatakan diri sebagai
satu-satunya jalan kepada Bapa padahal sebetulnya tidak demikian.
*
Kitab
Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga Ia
memang adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga.
Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan ini
yang saudara terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang kedua,
Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa
gunanya menjadi Kristen tetapi mempercayai bahwa Kitab Sucinya salah / ngawur,
atau Tuhannya pendusta!
ˇ
Kis 4:12
- “Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
ˇ
1Yoh 5:11-12
- “Dan
inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita
dan hidup itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak
memiliki hidup”.
ˇ
1Tim 2:5
- “Karena
Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
Hanya orang sesat
yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci dan yang ingin memutarbalikkan Kitab
Suci yang bisa menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai
satu-satunya jalan ke surga.
Perhatikan bahwa
Kis 4:12 itu menyatakan bahwa ‘keselamatan itu ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa ‘hidup yang kekal itu
ada di dalam Yesus’.
Bayangkan Yesus sebagai sebuah kotak yang di dalamnya berisikan
keselamatan / hidup kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus),
maka ia menerima isinya (keselamatan / hidup yang
kekal), dan sebaliknya kalau ia menolak kotaknya (Yesus), otomatis ia juga
menolak isinya (keselamatan / hidup yang kekal).
Juga perhatikan bahwa berbeda dengan
Yoh 14:6 yang diucapkan oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang
percaya / kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh
Petrus kepada orang-orang Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini
tidak mungkin dimaksudkan hanya bagi orang kristen!
2) Yoh 8:24 dan Wah 21:8 secara
explicit menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus akan mati dalam dosanya / masuk neraka.
Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah
Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang
yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang
sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta,
mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh
api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Dalam kontex Kitab
Suci, ‘orang yang tidak percaya’ artinya adalah ‘orang yang
tidak percaya kepada Yesus’! Jadi, sekalipun mereka percaya kepada Allah, tetapi kalau
mereka tidak percaya kepada Yesus, maka ayat itu mengatakan bahwa mereka akan masuk ke neraka!
3) Dalam Perjanjian Lama, Allah berulang kali
hanya memberikan 1 jalan untuk bebas dari hukuman, yang adalah TYPE /
gambaran dari Kristus.
Contoh:
a) Bahtera
Nuh (Kej 6-8).
Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau
masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung
yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah itu merendam
seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun (bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.
b) Darah
pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30 1Kor 5:7).
Pada waktu Allah
mau menghukum orang Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan
jalan melalui mana bangsa
Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba
Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba
Paskah yang darahnya merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu,
merupakan TYPE / gambaran dari Kristus.
c) Ular
tembaga (Bil 21:4-9
Yoh 3:14-15).
Lagi-lagi dalam
peristiwa ular tembaga, pada waktu
Selanjutnya Yoh 3:14-15 berkata: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di
Dari ayat ini terlihat bahwa
ular tembaga dalam Bil 21 itu merupakan TYPE / gambaran dari Kristus. Sama seperti ular tembaga itu
merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, demikian juga Kristus
merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat ini.
4) Sikap kita kepada Yesus merupakan sikap kita
terhadap Allah / Bapa.
Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia
menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”.
Yoh 5:23 - “supaya semua orang
menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa
tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.
Yoh 15:23 - “Barangsiapa membenci
Aku, ia membenci juga BapaKu”.
Karena itu, orang tidak bisa menyembah /
mentaati / melayani Allah, tetapi pada saat yang sama
menolak Yesus. Menolak Yesus berarti menolak Allah, dan tidak
percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah. Melihat pada semua ini bisakah orang yang tidak percaya kepada
Yesus masuk surga?
Illustrasi: Kalau saudara datang ke rumah saya bersama dengan anak
saudara, dan saya menerima saudara dengan baik dan hormat, tetapi memperlakukan
anak saudara dengan jelek, bisakah saudara berkata: ‘Ah tidak apa-apa,
yang penting ia menghormati saya’? Saya yakin tidak
mungkin. Sikap saya yang jelek terhadap anak saudara,
identik dengan sikap jelek terhadap saudara sendiri.
Demikian juga, kalau ada orang yang bersikap
baik terhadap Allah (menyembah Allah, berbakti kepada Allah, dsb) tetapi
bersikap jelek terhadap Yesus (menolak, tidak percaya, benci, menghina, dsb),
maka Allah tidak akan menerima orang itu. Sikap
seseorang terhadap Yesus, yang adalah Anak Allah, identik dengan sikap orang
itu terhadap Allah sendiri!
5) Yesus adalah Allah sendiri.
Ini terlihat dari banyak ayat Kitab Suci
seperti:
ˇ
Yoh 1:1
- “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Catatan: dari Yoh 1:14 saudara bisa melihat bahwa yang
dimaksud dengan istilah ‘Firman’ di sini adalah Yesus!
ˇ
Ro 9:5
- “Mereka adalah keturunan bapa-bapa
leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di
atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai
selama-lamanya. Amin!”.
ˇ
1Yoh
5:20 - “Akan tetapi kita tahu,
bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita,
supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam
AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang
kekal”.
ˇ
Yoh 5:18
- “
Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya,
bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan
bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya
dengan Allah”.
Catatan: kata ‘menyamakan’ seharusnya adalah ‘menyetarakan’.
Kalau Yesus adalah Allah sendiri, maka jelas
bahwa Ia adalah tuan rumah / pemilik Kerajaan Surga. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya kepadaNya, apalagi yang
menentangNya, bisa masuk ke surga, yang adalah milikNya?
6) Semua manusia berdosa, dan dosa tidak bisa
ditebus dengan perbuatan baik. Karena itu semua manusia
membutuhkan seorang Juruselamat / Penebus dosa.
Bahwa semua manusia berdosa, dinyatakan oleh
Ro 3:23 yang berbunyi: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah”.
Dan bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan
perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu,
bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat,
tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21b) sekiranya ada
kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Karena itu
sebetulnya semua manusia membutuhkan Juruselamat / Penebus dosa. Dan Yesus adalah
satu-satunya yang pernah menebus dosa manusia. Kalau
kita menolak Dia, maka kita harus membayar sendiri hutang dosa kita, dan itu
berarti kita harus masuk ke neraka selama-lamanya.
7) Penderitaan yang Yesus alami untuk menebus
dosa manusia merupakan penderitaan yang luar biasa hebatnya. Untuk menunjukkan
betapa hebatnya penderitaan yang Yesus alami, maka saya mengajak saudara untuk
melihat komentar-komentar dari beberapa penafsir tentang 2 macam penderitaan
yang Yesus alami, yaitu pencambukan dan penyaliban.
a) Tentang
pencambukan.
William Hendriksen: “The Roman scourge
consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the
ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone.
The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent.
Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the
victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh
was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries,
sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from
which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in
death” [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang
diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan
timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan
diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan.
Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang
mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan
akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian
rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang
bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat.
Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara
Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan
kematian].
William Barclay: “Roman scourging was
a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him,
and he was tied to a post
with his back bent double and conveniently exposed to the lash.
The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened
pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion
and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and
bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and
few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan Romawi
adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat
kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan
punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri
adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan
tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan
seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan
tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang
meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada
orang yang kehilangan akalnya karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar
sampai akhir pencambukan].
b) Tentang
penyaliban.
Pulpit Commentary: “Nails were driven
through the hands and feet, and the body was supported partly by these and
partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet,
often seen in picture, was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan
tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh
sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat
pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay: “When they reached
the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner
was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but
only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood
called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright -
otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross
was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to
die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger
and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika mereka sampai di
tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang
hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu.
Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara
kaki-kaki dari orang hukuman itu (di selangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat
orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu
salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan
untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu
minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik
dimana mereka menjadi gila].
Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku. Ini ia dasarkan pada:
ˇ
tradisi.
Jadi, menurut Barclay, tradisinya memang demikian (kaki tidak dipaku).
ˇ
Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya:
‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka:
‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku
mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya,
sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (27) Kemudian Ia
berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu,
ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau
tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Tetapi saya
berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya pada tanganNya, tetapi juga pada
kakiNya. Alasan
saya:
¨ penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya
tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay. Misalnya penulis dari Pulpit
Commentary yang saya kutip di atas. Juga tentang pemakuan kaki ini caranya
tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku
menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
¨ Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat
tentang salib, berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.
Catatan: baca seluruh Maz 22 itu dan perhatikan
ay 2,8-9,16,17b,19 yang sangat jelas menunjukkan bahwa
itu memang merupakan mazmur tentang salib.
¨ Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus
menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah
ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya,
seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil
berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada
mereka”.
Kalau hanya untuk menunjukkan bahwa Ia betul-betul mempunyai tubuh, adalah aneh kalau yang
ditunjukkan adalah kakiNya. Mengapa bukan bahuNya, atau
sikuNya, atau kepalaNya, yang merupakan bagian-bagian yang lebih mudah untuk
ditunjukkan. Mengapa tangan dan kakiNya? Tangan masih masuk akal, karena mudah untuk ditunjukkan. Tetapi kaki? Itu rasanya agak tidak sopan, kecuali ada
alasan tertentu, yaitu adanya bekas paku di
Selanjutnya Barclay mengutip Klausner yang
berkata sebagai berikut:
“The criminal was fastened to his cross, already a
bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and
exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies
which settled on his naked body and on his bleeding wounds” [= Kriminil itu dilekatkan
/ dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena
pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena
lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan
dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada
luka-lukanya yang berdarah].
Barclay lalu mengatakan:
“It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ
suffered - willingly - for us” (= Itu bukanlah suatu gambar yang bagus,
tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Mengingat hebatnya penderitaan yang Yesus
alami untuk menebus dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan
keselamatan, maka:
1. Tindakan Bapa merelakan AnakNya untuk mati
dengan cara yang begitu mengerikan hanya untuk
memberikan satu tambahan jalan ke surga, padahal sudah ada dan akan ada
lagi banyak jalan lain ke surga, betul-betul merupakan tindakan yang sangat
kejam.
Illustrasi: Pada waktu untuk pertama kalinya anak saya disuntik, anak itu
menangis, saya merasa begitu kasihan kepadanya, sehingga saya memeluk dia untuk
mendiamkannya. Padahal anak itu disuntik dengan suntikan mini
yang jarumnya sangat kecil. Kalau saya bisa merasa kasihan pada waktu
anak saya ‘disakiti’ dengan jarum suntik itu, bayangkan bagaimana
perasaan Bapa pada waktu AnakNya yang tunggal itu dicambuki sampai hancur
punggungNya dan lalu dipakukan pada kayu salib sampai mati. Seandainya ada
jalan lain untuk menyelamatkan manusia, saya yakin bahwa Bapa tidak akan membiarkan AnakNya mengalami penderitaan seperti itu.
Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, demi kasihNya kepada manusia
berdosa, Ia rela membiarkan AnakNya mengalami
penderitaan itu.
2. Tindakan Yesus untuk mati di salib untuk memberikan
satu tambahan jalan ke surga adalah tindakan konyol, bodoh dan sia-sia. Ini sesuai dengan Gal 2:21b berbunyi: “... sekiranya ada
kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya dan anak saya ada di lantai tiga sebuah
bangunan, dan bangunan itu lalu terbakar. Saya lalu
menggendong anak saya dan melompat, dan sesaat sebelum menyentuh tanah, saya
melemparkan anak saya ke atas, maka anak saya selamat dan saya mati.
Kalau saat itu memang tidak ada jalan lain untuk selamat selain melompat dari
lantai tiga itu, maka mungkin sekali orang akan
menganggap saya sebagai pahlawan yang rela berkorban bagi anak saya. Tetapi
kalau pada saat itu sebetulnya ada banyak jalan yang lain, dan saya tetap
‘rela mengorbankan nyawa saya’ demi anak saya, maka saya yakin
bahwa orang akan menganggap tindakan itu sebagai
tindakan konyol dan bodoh.
Demikian juga dengan apa
yang Yesus lakukan bagi kita. Kalau memang ada jalan lain untuk selamat, dan
Yesus tetap rela berkorban bagi kita, Ia betul-betul
konyol dan bodoh. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain,
dan Yesus rela melakukan pengorbanan di atas kayu salib, maka tindakanNya
betul-betul merupakan tindakan kasih yang luar biasa.
8) Perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa
murid Yesus (Mat 28:19-20) menunjukkan bahwa:
a) Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke
surga.
Kalau memang Yesus bukan satu-satunya jalan
keselamatan, untuk apa ada perintah untuk memberitakan
Injil / membawa semua orang untuk datang kepada Yesus?
b) Orang yang tidak pernah mendengar tentang
Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang
yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan
semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah
mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung
oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:
ˇ
Ro 2:12a
- “Sebab
semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum
Taurat”.
ˇ
Ro 10:13-14
- “Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka
tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak
ada yang memberitakanNya?”.
ˇ
Yeh
3:18 - “Kalau
Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat
itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang
jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Catatan: Ketiga text ini sudah saya jelaskan di depan sehingga di sini tidak saya jelaskan lagi.
Hal lain yang perlu
diingat adalah bahwa dalam rasul-rasul melaksanakan perintah ini, mereka
memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah beragama (agama Yahudi). Dan
bagaimanapun mereka diancam untuk tidak memberitakan Injil, dan bahkan dianiaya
karena memberitakan Injil, mereka tetap memberitakan Injil!
Kis 4:1-30 - “(1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang
banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah
serta orang-orang Saduki. (2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka
mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari
antara orang mati. (3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan
sampai keesokan harinya, karena hari telah malam. (4) Tetapi di antara orang yang mendengar
ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi
kira-kira
Kis 5:17-21a - “(17)
Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari
mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. (18) Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan
mereka ke dalam penjara
Kis 5:26-33,40-42 - “(26) Maka pergilah
kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul
itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang
banyak melempari mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan
mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28)
katanya: ‘Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu.
Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu
hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.’ (29) Tetapi Petrus
dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada
Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah nenek moyang kita telah
membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31)
Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya menjadi
Pemimpin dan Juruselamat, supaya
Kis 14:19-22 -
“(19) Tetapi datanglah orang-orang
Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak
mereka. Lalu mereka melempari
Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota,
karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. (20) Akan tetapi ketika
murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia
lalu masuk ke dalam
Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil
bisa masuk surga, atau kalau orang yang beragama lain bisa masuk surga, untuk apa para rasul memberitakan Injil? Lebih-lebih, untuk apa mereka terus memberitakan Injil bahkan pada saat mereka
dianiaya karena pemberitaan Injil itu?
Dari 8 point ini jelaslah bahwa pandangan yang
mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga bukanlah fanatisme
yang picik, tetapi memang merupakan doktrin / kebenaran yang nyata sekali di
ajarkan dalam Kitab Suci! Menolak kebenaran ini sama
dengan menolak Kitab Suci / Firman Tuhan! Mengejek orang kristen
yang mempercayai kebenaran ini sama dengan mengejek Kitab Suci / Firman Tuhan!
1) Kita sendiri harus percaya dan menerima Yesus
sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya
ke sorga, sehingga kita tidak mungkin bisa selamat.
Sudahkan saudara
sendiri percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi
saudara? Kalau belum, datanglah kepada Kristus sekarang juga. Besok
mungkin sudah terlambat! Tidak ada gunanya belajar
memberitakan Injil, kalau saudara sendiri belum percaya.
2) Kita harus mengusahakan supaya orang lain
bisa mendengar tentang Yesus dan mau percaya kepada Yesus, dengan cara memberitakan Injil kepada mereka, berdoa supaya mereka
bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha yang bisa kita
lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada Yesus.
Perhatikan bahwa
hal ini dilakukan bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan /
keselamatan orang yang diinjili tersebut. Jadi, kita memberitakan Injil kepada
seseorang, karena kita mengasihi orang itu, dan karena itu kita menginginkan
dia masuk surga, bukan masuk neraka.
3) Sebagai orang tua kristen,
kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus.
4) Orang kristen yang
menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga bukanlah orang
yang bertoleransi terhadap agama lain, tetapi adalah orang kristen yang tidak percaya
pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah orang kristen KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja,
injililah mereka supaya mereka bertobat.
Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak
berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!
5) Orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi
tidak mau mempercayai hal ini dan bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas adalah
serigala yang berbulu domba, atau nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati
otoritas dari Kitab Suci! Bdk. Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang
kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah
serigala yang buas”.
6) Kalau kita mengatakan bahwa orang yang tidak
percaya kepada Yesus pasti masuk neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi
percaya pada kebenaran Kitab Suci!
7) Kalau orang kristen
percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, itu bukan sikap
egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada orang lain dsb.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah rumah dan saya
memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A saya
beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya
itu. Kalau masuk melalui jendela atau naik tembok belakang atau masuk
lewat genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya saudara bisa
masuk rumah saya. Apakah si A ini egois, mau menang
sendiri, tidak kasih kepada saudara?
8) Orang-orang kristen yang sudah mendengar
ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak tahu akan nasib orang yang
tidak percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak maha tahu dan hanya Allah
yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati, tetapi adalah orang-orang
tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci! Mereka bukannya tidak
tahu, tetapi memang tidak mau tahu!
9) Kita perlu hati-hati dengan orang yang
mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan untuk selamat bagi orang
yang mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini tampaknya penuh kasih, tetapi
jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak percaya pada Firman Tuhan!
Mengatakan ‘moga-moga orang di luar
Kristus bisa selamat’
adalah sama dengan mengatakan ‘moga-moga
kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!
10) Kita tidak boleh mendukung:
a) Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai
Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
b) Gereja-gereja
yang tidak lagi memberitakan Injil.
Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja yang masih mempunyai
slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dsb, tetapi
itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pemberitaan Injil.
c) Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang
sudah diselewengkan (bdk. Gal 1:6-9), seperti:
ˇ
Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan
penginjilannya adalah hanya pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil.
Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Perlu diingat
bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai
pemberita Injil / Firman Tuhan!
ˇ
Yesus
ditekankan sebagai dokter, pelaku mujizat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai
Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta /
Kharismatik. Sekalipun ini kelihatannya seperti Injil, tetapi sebetulnya ini
merupakan ‘Injil yang lain’ atau ‘Injil yang berbeda’
(bdk. 2Kor 11:4 Gal
1:6-9).
Jangan mendukung gereja-gereja seperti ini
baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan
kehadiran dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka
bertobat), karena mendukung gereja sesat sama dengan mendukung setan!
Kalau mendukung gereja sesat sudah tidak
boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus
mengasihi orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan
memberitakan Injil kepada mereka, dan bahkan menolong mereka / menyumbang
mereka kalau mereka mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan.
Tetapi kita tidak boleh mendukung agama mereka!
Sebaliknya,
dukunglah gereja-gereja / hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan
Injil.
Dukungan dibutuhkan baik dalam doa, tenaga, pikiran,
keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak mendukung gereja yang benar,
adalah sama dengan mendukung kesesatan!
-AMIN-