Argumentasi dan Theologia dalam
Memberitakan Injil
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
a) Sudah
percaya kepada Yesus.
·
Mat 4:19
- “Yesus berkata kepada mereka:
‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala
manusia.’”.
Perhatikan urut-urutan dari kata-kata Yesus
ini: ikut Tuhan dulu, baru menjala manusia.
·
Kis 1:8
- “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau
Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem
dan di seluruh Yudea dan
Kita harus menjadi
‘saksi’, dan ‘saksi’ adalah orang yang tahu / mengalami
sendiri.
b) Yakin
akan keselamatannya sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul
percaya kepada Tuhan Yesus pasti yakin akan keselamatannya sendiri (Ro 8:16 1Yoh 5:13).
Keyakinan ini penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan Injil, atau, kalaupun kita memberitakan
Injil, kita tidak bisa memberitakannya dengan yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen
yang tidak yakin akan keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum
percaya dan mendesak supaya orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa
masuk surga. Lalu orang yang diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu sendiri yakin bahwa kamu akan masuk surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus
menjawab: ‘Lha ya itu, aku sendiri
belum tahu’.
Jelas sekali bahwa penginjilan ini akan bubar!
Pemberitaan Injil merupakan
pemberitaan Firman Tuhan, dan karena itu seorang pemberita Injil harus yakin
bahwa Firman Tuhan itu benar. Dan dalam memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan
terhadap apa yang kita jelaskan, misalnya: masakan
orang berdosa itu dimasukkan neraka selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan
‘fakta’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu
Pengetahuan’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan
‘pemikiran umum’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘logika’
(misalnya: mujizat), maka seorang penginjil pribadi harus tetap percaya akan
kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan tetap menyatakannya dengan yakin.
Contoh:
a) Firman Tuhan mengatakan semua manusia berdosa
(Ro 3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini, bisa saja
orang yang kita injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak kristen, tetapi ia baik sekali, tidak pernah menyakiti
orang, dsb’.
Di sini Firman
Tuhan dipertentangkan dengan ‘fakta’. Dalam menghadapi hal ini,
penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan.
Ia harus tetap berkeras bahwa orang baik itu tetap
adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa, di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena standard Tuhan berbeda
dengan standard manusia. Orang itu dinyatakan sebagai
‘orang baik’ menurut standard manusia. Tetapi
menurut standard Tuhan, semua orang adalah orang yang berdosa, bahkan sangat
berdosa.
b) Firman Tuhan mengatakan bahwa semua manusia
berasal dari Adam.
Orang yang diinjili
itu bisa saja mendebat dengan mengajukan teori
Di sini Firman
Tuhan dipertentangkan dengan ‘ilmu pengetahuan’. Dalam menghadapi hal ini,
penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan.
Ia harus mempertahankan pandangan bahwa semua manusia
berasal dari Adam, dan bahwa teori
Dalam Koran
‘Surya’ hari Minggu, tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel
yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang masih
hidup”. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia
(sekitar Manado) ditemukan ikan
Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan sebagai ‘moyangnya
komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap sudah punah
pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu tulang-tulang
dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan yang dianggap
sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat membedakan
kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan
ini tetap statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami
evolusi?”.
Saya berpendapat pertanyaan ini mudah sekali
jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!
c) Firman Tuhan mengatakan kalau ditampar pipi
kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Jangan menafsirkan Mat 5:39 ini secara
hurufiah. Maksudnya bukan betul-betul harus memberikan pipi
satunya untuk ditampar lagi, tetapi hanya ‘jangan membalas’.
Itupun hanya berlaku untuk serangan yang tidak membahayakan
jiwa. Karena itu Yesus menggunakan kata ‘tampar’ bukan
‘bacok’!
Tetapi inipun tidak
bisa diterima oleh banyak orang dan dianggap sebagai tidak masuk akal. Demikian juga dengan Mat 5:28 (tentang perzinahan
dalam hati).
Di sini Firman
Tuhan dipertentangkan dengan ‘pandangan umum’. Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi
yang baik harus tetap berpegang pada Firman Tuhan! Tidak peduli semua orang
menganggap hal itu tidak salah, kalau Kitab Suci / Firman Tuhan menganggapnya
salah, maka ia juga harus menyatakannya sebagai sesuatu yang salah!
Tetapi dalam hal ini juga ada peringatan yang
penting:
·
Keyakinan
itu harus betul-betul ada dalam hati. Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka
saudara bukan sedang menginjil, tetapi sedang berlaku munafik / berdusta!
·
Kalau
saudara percaya dengan teguh pada kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik
sekali, tetapi pastikanlah bahwa saudara percaya pada ayat-ayat yang
ditafsirkan secara benar, bukan yang diputar-balikkan / disalah-artikan.
Misalnya ada orang kristen yang percaya bahwa Yesus
betul-betul turun ke neraka, atau bahwa nanti setelah kematian masih ada ‘second chance’ (=
kesempatan kedua), karena orang itu akan diinjili oleh Yesus sendiri. Ini semua
adalah kepercayaan yang didasarkan atas penafsiran yang salah dari ayat-ayat
Kitab Suci seperti 1Pet 3:18-20 dan 1Pet 4:6.
Ia bukan hanya perlu yakin segi positifnya,
yaitu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga pada segi
negatifnya, yaitu bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya / salehnya orang
itu, dan agama apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat, tetapi sebaliknya
akan dihukum dalam neraka. Kalaupun orang itu lalu menunjukkan orang yang
betul-betul kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh dari pada kita, kita
harus tetap berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu terus ada di luar
Kristus, ia pasti masuk neraka. Alasannya mudah saja
yaitu: bagaimanapun baiknya seseorang, di hadapan Tuhan ia adalah orang
berdosa, bahkan sangat berdosa (Ro 3:10-12,23). Karena
itu tanpa Juruselamat / Penebus dosa ia tetap harus
masuk neraka untuk memikul sendiri hukuman dosa-dosanya selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini, maka
kita tidak akan memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau
kita betul-betul mempercayai hal ini, kita akan aktif
memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13 kita bisa melihat bahwa Petrus tidak
mau berhenti memberitakan Injil karena ia yakin bahwa
Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).
Pemberitaan Injil
adalah suatu bentuk pelayanan kepada Tuhan dan itu harus kita lakukan bukan
dengan terpaksa, tetapi dengan dasar kasih.
Illustrasi:
Tanpa kasih, kita tidak akan
sungguh-sungguh, baik dalam memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang
yang kita injili itu.
Juga perlu diingat
bahwa pemberitaan Injil adalah perang frontal melawan setan, sehingga orang
yang memberitakan Injil pasti diserang setan. Serangan ini bisa datang
sebagai akibat langsung dari penginjilan, misalnya orang yang kita injili itu
mengejek, atau bahwa membenci dan menganiaya kita. Tetapi
serangan itu bisa juga tidak merupakan akibat langsung dari penginjilan itu.
Misalnya usaha kita tahu-tahu bangkrut, kita menjadi sakit,
dsb. Justru karena Pemberitaan Injil selalu
menimbulkan serangan setan, maka kasih sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa kasih, kita tidak akan
mau berkorban, sehingga kita akan berhenti menginjil.
Kita juga harus
menyadari bahwa wujud terutama dari kasih kita kepada sesama kita, adalah
dengan memberikan keselamatan kepada mereka.
The will of Patrick Henry (
Tuhan / Roh Kudus akan
bekerja kalau:
a) Kita
banyak berdoa.
Tetapi kita tidak akan
berdoa kalau kita merasa bahwa orang yang kita injili itu bisa bertobat karena
kepandaian kita dalam memberitakan Injil.
b) Kita menggunakan Firman Tuhan pada waktu
memberitakan Injil.
Ro 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil,
karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”.
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi salah
terjemahan. Seharusnya adalah ‘aku tidak malu karena Injil’.
Tetapi yang saya tekankan adalah bagian yang saya cetak
miring yang menunjukkan bahwa Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan
orang yang percaya.
Ef 6:17 - “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu
firman Allah”.
Firman Allah disebut sebagai ‘pedang
Roh’, karena itulah senjata yang Allah berikan kepada kita dalam
peperangan rohani ini. Jadi, itulah yang harus kita
gunakan dalam memberitakan Injil. Kalau kita berperang dengan cara yang Tuhan kehendaki, maka Ia pasti akan menyertai
usaha kita, dan Roh Kudus akan bekerja dalam penginjilan yang kita lakukan.
Banyak orang
Kristen ex Islam, yang kalau memberitakan Injil kepada orang Islam lalu
menggunakan Al Quran.
Menurut saya ini salah. Pertama karena orang Islam
tidak akan mau menerima berita dari Al Quran yang
ditafsirkan oleh orang Kristen. Kedua, karena bagi kita
pedang Roh itu adalah Alkitab, bukan Al Quran. Jadi, kepada siapapun
saudara memberitakan Injil, beritakan Injil / Firman Tuhan dari Alkitab!
Yer 23:29 - “Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN
dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?”.
Firman Tuhan
digambarkan sebagai palu, yang bisa menghancurkan batu yang keras. Kalau kita memberitakan Injil / Firman Tuhan,
maka Tuhan akan memakai FirmanNya untuk menghancurkan
kekerasan hati dari orang yang kita injili.
Banyak orang
memberitakan Injil dengan langsung menyerang agama orang itu. Ini salah, karena pada
umumnya hanya mengundang kemarahan. Disamping itu, Tuhan memanggil kita
untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan, bukan untuk menyerang agama lain.
Tetapi harus diakui bahwa kadang-kadang, kita masuk dalam pembicaraan tentang
hal-hal penting dimana Injil / kekristenan memang bertentangan frontal dengan
ajaran agama lain itu. Misalnya
tentang keilahian Kristus, atau tentang keselamatan karena iman saja, dan
sebagainya. Maka dalam keadaan seperti itu, kita memang harus
menjelaskan perbedaan itu, dan bisa terpaksa ‘menyerang’
agama lain.
c) Kita
taat pada Firman Tuhan.
2Tim 2:20-21 -
“(20) Dalam rumah yang besar bukan hanya
terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang
pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang
kurang mulia. (21) Jika
seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah
untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya
dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia”.
Tetapi ada 3 hal yang harus diperhatikan
sehubungan dengan hal ini:
1. Kita tidak harus suci murni dulu baru bisa
memberitakan Injil dan dipakai oleh Tuhan. Tidak ada orang
yang suci murni kecuali Yesus sendiri. Kalau Tuhan hanya mau memakai
orang yang suci murni, Ia tidak bisa memakai siapapun
juga kecuali malaikat dan Yesus sendiri. Jadi, kita harus melakukan dua hal ini
pada saat yang sama, memberitakan Injil dan menyucikan
kehidupan kita.
2. Kadang-kadang Tuhan juga memakai orang yang
berdosa secara luar biasa. Misalnya Yunus, yang memberontak terhadap Tuhan,
bisa dipakai untuk mempertobatkan seluruh Niniwe! Tetapi hal
seperti ini hanya merupakan suatu perkecualian. Rumus umumnya adalah:
makin kita menyucikan diri, makin Tuhan memakai kita.
3. Sukses dalam pandangan Tuhan seringkali
berbeda dengan sukses dalam pandangan manusia. Pelayanan
Yesaya kelihatannya gagal dalam pandangan manusia, dan demikian juga dengan
pelayanan Stefanus, tetapi dalam pandangan Tuhan mereka jelas adalah
orang-orang yang sukses dalam pelayanan. Karena itu,
kalau dalam pelayanan pemberitaan Injil yang saudara lakukan tidak ada / tidak
banyak orang yang bertobat, jangan terlalu cepat menilai bahwa Tuhan tidak
bekerja / tidak memakai saudara.
Contoh: banyak orang Kristen berhasil melakukan pemberitaan Injil
dengan menggunakan metode EE (Evangelism Explosion), tetapi saya sendiri merasa
cara itu tidak cocok untuk saya. Saya tidak
beranggapan bahwa cara yang digunakan EE itu jelek. Saya hanya mengatakan bahwa caranya tidak cocok bagi saya. Mengapa? Salah satu alasan adalah: saya adalah orang yang senang
berdebat dan mempunyai karunia berdebat, sedangkan cara
yang digunakan oleh EE adalah tanpa perdebatan / menghindari perdebatan.
Juga, setelah
saudara melakukan pemberitaan Injil, saudara sebaiknya merenungkannya kembali
penginjilan itu, untuk memikirkan apa-apa yang bisa saudara perbaiki. Pikirkan apa yang
tadi dikatakan oleh orang yang saudara injili itu, dan apa jawaban yang saudara
berikan, dan bagaimana saudara bisa memberikan jawaban yang lebih baik. Dengan
demikian saudara akan maju dalam kemampuan saudara. Sekalipun kita percaya bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus,
itu tidak berarti bahwa saudara tidak perlu berusaha secara maksimal.
Pada saat saudara
memberitakan Injil, saudara pasti mendapatkan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana saudara bisa
menjawabnya kalau saudara mempunyai pengertian yang sangat sedikit tentang
Firman Tuhan?
Juga pengisian diri
dengan Firman Tuhan ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga
kita bisa lebih berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi harus
aktif ikut Pemahaman Alkitab (yang baik!), bahkan kalau bisa ikut sekolah
theologia untuk awam seperti STRIS, dan juga membaca buku-buku rohani yang
baik! Jangan belajar Firman Tuhan hanya terbatas dalam
kalangan gereja saudara sendiri. Kalau gereja saudara bukan gereja yang
terlalu baik dalam pengajaran Firman Tuhan, carilah Firman Tuhan di tempat
lain.
Makin kita
memberitakan Injil, makin hidup kita disorot oleh masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru akan menjadi batu sandungan. Tetapi, kita
juga tidak boleh menunggu sampai hidup kita suci dulu baru mau memberitakan
Injil. Pemberitaan Injil dan usaha untuk hidup suci
harus dilakukan bersama-sama.
Kadang-kadang pada
waktu saudara memberitakan Injil, saudara diserang dosa-dosanya oleh orang yang
sedang saudara injili itu. Ini khususnya sering terjadi pada waktu kita
memberitakan Injil kepada anggota keluarga kita sendiri, atau orang-orang yang
dekat sekali dengan kita, yang mengenal diri / kehidupan kita dengan baik.
Itu tidak perlu membuat saudara dengan malu berhenti
memberitakan Injil kepadanya. Juga saudara tidak
perlu membantah tuduhan-tuduhan itu, kalau tuduhan-tuduhan itu memang benar.
Saudara bisa tetap memberitakan Injil dengan menjawab sebagai berikut: “Aku memang adalah orang berdosa, tetapi aku mempunyai
Juruselamat dosa yang sudah membayar semua hutang dosaku, dan karena itu aku
pasti selamat / masuk surga. Tetapi bagaimana dengan kamu?
Kamu juga adalah orang berdosa seperti aku, dan kalau kamu tidak mempunyai
Juruselamat, maka kamu akan dihukum untuk dosa-dosamu
di neraka selama-lamanya. Karena itu, percayalah kepada Tuhan Yesus, sebagai
Tuhan dan Juruselamatmu!”.
1Kor 9:19-23 -
“(19) Sungguhpun aku bebas terhadap
semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh
memenangkan sebanyak mungkin orang.
(20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi,
supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi
orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang
hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah
hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum
Taurat. (21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat
aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah,
karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka
yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. (22) Bagi orang-orang yang lemah aku
menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka
yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi
segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari
antara mereka. (23) Segala sesuatu ini aku lakukan
karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya”.
Kita harus menyesuaikan diri supaya lebih bisa
diterima oleh orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh
menyesuaikan diri dalam hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b - perhatikan
bagian yang saya cetak dengan huruf besar).
Contoh yang benar:
·
pada
waktu Hudson Taylor memberitakan Injil kepada orang-orang Cina, ia menguncir
rambutnya seperti orang-orang Cina pada waktu itu.
·
kalau
kita menginjili orang Islam, kita ikut tidak makan babi. Ini tidak berarti
bahwa kita terus tidak makan babi. Hanya kalau kita makan bersama orang itu,
sebaiknya kita tidak makan babi, supaya tidak menimbulkan kejijikan orang itu
terhadap diri saudara.
·
kalau
saudara menginjili orang yang miskin, jangan datang kepadanya dengan memamerkan
perhiasan saudara dsb. Sebaliknya, kalau saudara menginjili orang yang kaya,
jangan datang kepadanya dengan memakai pakaian yang sudah sobek / jelek.
Saudara memang tidak perlu memakai pakaian yang mewah / mahal, tetapi
setidaknya saudara bisa memakai pakaian yang rapi / bagus.
Contoh yang salah:
¨ menginjili seorang pelacur dengan melacur bersama dia.
¨ menginjili seorang pengguna ecstasy / narkoba dengan
cara ikut menggunakan ecstasy / narkoba.
Yak 3:1-12 - “(1) Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara
kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi
menurut ukuran yang lebih berat.
(2) Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah
dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang
dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (3) Kita mengenakan kekang pada
mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan
jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (4) Dan lihat
saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun
dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. (5)
Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat
memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. (6) Lidahpun adalah
api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil
tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai
seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan
oleh api neraka. (7) Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta
binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan
telah dijinakkan oleh sifat manusia, (8) tetapi tidak seorangpun yang berkuasa
menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang
tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. (9) Dengan lidah kita memuji
Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan
menurut rupa Allah, (10) dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini,
saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. (11) Adakah sumber
memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
(12) Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat
menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara?
Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar”.
Jadi, jangan
menggunakan lidah sebentar untuk memberitakan Injil, lalu sebentar lagi untuk
dusta, fitnah, gosip, caci maki, kata-kata cabul / kotor, dsb.
Untuk itu kita
harus mempunyai karunia untuk menjelaskan dan juga kita harus menggunakan
bahasa yang sederhana.
Jangan menggunakan:
a) Bahasa asing (apalagi Yunani / Ibrani) tanpa menterjemahkannya,
kecuali saudara tahu orang itu memang mengertinya. Ingat
bahwa tujuan saudara adalah memenangkan jiwanya untuk Tuhan, bukan memamerkan
kepandaian saudara.
b) Istilah-istilah theologia atau
istilah-istilah Kristen yang tidak dimengerti oleh orang dunia / orang beragama
lain, tanpa menjelaskannya (misalnya: domba / kambing, hidup kekal, iman,
selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah tertentu
mempunyai arti berbeda dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain. Misalnya:
kata ‘bertobat’ dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa,
dan lalu hidup baik. Dalam kristen, sekalipun juga
bisa mencakup arti itu, tetapi dalam konteks penginjilan lebih sering diartikan
‘datang / percaya kepada Kristus’. Contoh: Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan
hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh
Kudus”. Jelas
bahwa Petrus tidak menggunakan kata ‘bertobat’ di sini sebagai
‘tindakan meninggalkan dosa’ tetapi sebagai ‘tindakan datang
kepada Yesus dan percaya kepadaNya sebagai Juruselamat dosa’.
Sama seperti dalam
menjala ikan, menjala manusia / memberitakan Injil juga membutuhkan sifat giat
dan tekun / tidak mudah putus asa.
Ro 12:11 - “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu
menyala-nyala dan layanilah Tuhan”.
1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia”.
Catatan: bagian yang saya coret itu seharusnya tidak
ada.
Menyerah / putus asa bisa terjadi karena
beberapa hal:
a) Kita
memang mempunyai sifat mudah menyerah / putus asa.
Ini tentu saja
harus dilawan dan didoakan, bukannya terus dituruti.
b) Kita merasa gagal dalam memberitakan Injil.
Atau tak ada yang
bertobat, atau ada yang ‘bertobat’, tetapi lalu murtad lagi. Ingat bahwa saudara
diperintahkan untuk memberitakan Injil, bukan untuk mempertobatkan orang itu.
Kalau saudara sudah memberitakan Injil, saudara sebetulnya
sudah berhasil. Pertobatan orang itu merupakan pekerjaan Tuhan sendiri!
c) Doktrin-doktrin tertentu, yang sekalipun
benar, tetapi bisa diterapkan secara salah. Yang paling umum
adalah doktrin tentang predestinasi.
Saya setuju dengan predestinasi; saya percaya
bahwa sebelum permulaan segala jaman, Allah sudah menetapkan orang-orang
tertentu untuk diselamatkan, dan orang-orang lain untuk dibiarkan binasa
(Ef 1:4,5,11 Ro 9:10-dst), dan rencana /
ketetapan Allah ini pasti terjadi (Ayub 42:2 Kis 13:48).
Tetapi doktrin yang
benar ini bisa membuat kita mudah menyerah dalam memberitakan Injil. Pada waktu kita
memberitakan Injil dan orang yang kita injili itu menolak, kita lalu berpikir
bahwa orang itu bukanlah orang yang Allah tentukan untuk selamat. Jadi, kita lalu merasa tidak ada gunanya terus memberitakan Injil
kepadanya atau mendoakannya. Ini merupakan penerapan yang salah dari
doktrin yang benar ini! Mengapa? Karena kita tidak tahu orang itu ditentukan selamat atau binasa,
dan kita tidak punya hak untuk menebak-nebak hal itu. Kalaupun kita
sudah memberitakan Injil 100 x kepadanya, dan ia belum
bertobat, siapa tahu ia akan bertobat pada penginjilan ke 101? Jadi, sekalipun saudara mempercayai doktrin tentang predestinasi,
tetaplah bertekun, baik dalam memberitakan Injil, maupun dalam mendoakan
orang-orang yang saudara injili.
-AMIN-