Argumentasi dan Theologia dalam
Memberitakan Injil
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Pertama-tama kita perlu tahu bahwa tujuan Pemberitaan Injil adalah
membawa orang kepada Kristus, bukan sekedar kepada gereja! Ingat bahwa manusia
diselamatkan kalau ia percaya kepada Yesus Kristus,
dan bukan kalau ia sekedar pergi ke gereja!
Charles Haddon Spurgeon: “What is it to win a
soul? This may be instructively answered by describing what it is not. We do
not regard it to be soul-winning to steal members out of churches already established, ... we aim rather at bringing souls to
Christ. ... we do not consider soul-winning to be
accomplished by hurriedly inscribing more names upon our church-roll, ... we
may do more harm than good at this point. To introduce unconverted persons to
the church, is to weaken and degrade it, and therefore an apparent gain may be
a real loss” (= Apakah artinya memenangkan jiwa? Ini bisa
dijawab secara mengajar dengan menggambarkan apakah yang tidak termasuk dalam
memenangkan jiwa. Kami tidak menganggapnya sebagai memenangkan jiwa
untuk mencuri anggota-anggota dari gereja-gereja yang sudah mapan,
... kami lebih bertujuan untuk membawa jiwa kepada Kristus. ... kami tidak menganggap bahwa pemenangan jiwa itu tercapai
dengan cepat-cepat menuliskan lebih banyak nama dalam daftar gereja, ... kita
bisa / mungkin lebih melakukan kerusakan dari pada kebaikan pada titik ini.
Memasukkan orang-orang yang belum bertobat ke gereja, adalah melemahkan dan
merusakkannya, dan karena itu sesuatu yang kelihatannya adalah keuntungan
sebetulnya adalah suatu kerugian) - ‘The Soul
Winner’, hal 15,16,17.
Dengan memegang teguh tujuan pemberitaan Injil
ini, kita mulai memberitakan Injil.
Pemberitaan Injil biasanya dimulai dengan
pembicaraan tentang hal-hal yang biasa, yang lalu dibelokkan menuju hal-hal
yang bersifat rohani.
Dan biasanya dalam pemberitaan Injil, kita membelokkan menuju pembicaraan tentang
dosa, supaya bisa menyadarkan orang itu bahwa ia
adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa.
Misalnya:
·
pada
waktu berbicara tentang kejahatan tertentu, seperti pemerkosaan / pembunuhan
dan sebagainya, kita bisa berkata: “Orang-orang
yang melakukan hal itu memang berdosa, tetapi bagaimana dengan kita / saudara
sendiri? Apakah kita / saudara bukan orang yang juga sangat berdosa? Kita /
saudara mungkin tidak membunuh / memperkosa, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa
lain?”.
·
pada
waktu berbicara tentang peperangan, bencana alam, atau hal-hal lain yang
membuat manusia menderita, kita bisa berkata: “Dulu,
pada waktu Allah pertama menciptakan segala sesuatu, tidak ada penderitaan.
Tetapi sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, penderitaan masuk ke dalam
dunia (Kej 3). Tetapi mari kita tidak menyalahkan
Adam dan Hawa saja. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Tidakkah kita juga
sangat banyak dosanya?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang-orang tertentu yang sangat menderita hidupnya,
kita bisa mengatakan: “Penderitaan orang
itu memang hebat, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
penderitaan di dalam neraka. Dan semua manusia adalah orang berdosa yang
seharusnya masuk neraka. Coba pikirkan apakah saudara / kamu adalah orang
berdosa atau tidak”.
·
pada
waktu orang yang kita injili itu menceritakan tentang hatinya yang sumpek,
gelisah, tidak damai, dsb, kita juga bisa mengatakan bahwa itu disebabkan
karena adanya dosa.
Bdk. Yes 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang
fasik!’ firman TUHAN”.
Catatan: dalam Kitab Suci kalau dikatakan ‘orang fasik’, tidak harus diartikan orang yang sangat berdosa. Seringkali seadanya orang yang belum / tidak beriman disebut
sebagai ‘orang
fasik’.
·
pada
waktu membicarakan tentang orang yang meninggal dunia, kita bisa mengatakan: “Sekarang giliran orang itu untuk menghadap Tuhan; akan
ada saatnya dimana giliran kita tiba. Kalau giliranmu tiba malam ini, apakah
kamu siap berhadapan dengan Allah sebagai Hakim (Ibr 9:27), mengingat kamu
adalah orang yang berdosa?”.
Bdk. Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu
kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
·
pada
waktu berbicara tentang hal-hal yang kelihatannya menunjukkan Allah itu tidak
adil, seperti adanya orang saleh yang menderita dan orang jahat yang hidup
enak, kita bisa mengatakan: “Allah itu adil,
tetapi keadilanNya yang sepenuhnya baru akan dinyatakan nanti dalam pengadilan
akhir jaman. Pada saat itu Ia akan menghakimi setiap
dosa dalam diri setiap orang, termasuk dalam dirimu. Kamu juga punya dosa,
bukan?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang yang buta, kita bisa berkata: “Buta memang tidak enak, tetapi ada kebutaan yang lebih
buruk dari buta secara jasmani, yaitu buta secara rohani. Yaitu orang yang
sekalipun berdosa, tetapi tidak menyadari dosa-dosanya. Bagaimana dengan kamu?”.
·
pada
waktu berbicara tentang surga, kita bisa berkata: “Masuk surga itu enak, tetapi adanya dosa dalam diri kita
bisa menghalangi kita untuk masuk surga. Kira-kira saudara termasuk orang
berdosa atau tidak?”.
·
pada
waktu berbicara tentang doa, kita bisa berkata: “Doa memang sesuatu yang bagus, tetapi karena Allah itu
maha suci, dosa bisa menghalangi doa kita sampai kepadaNya. Apakah kamu bukan
orang yang berdosa?”.
·
pada
waktu berbicara tentang sukarnya mengerti Kitab Suci, saudara bisa berkata: “Mungkin sukarnya mengerti Kitab Suci itu disebabkan
karena dosa-dosa kita membutakan kita. Bagaimana dengan kehidupan saudara,
apakah banyak dosa?”.
·
pada
waktu berbicara tentang orang yang dianggap saleh / baik, saudara bisa berkata:
“Dalam dunia ini tidak ada orang yang
baik, semuanya berdosa. Orang yang dianggap baik oleh manusia bisa dianggap
jahat oleh Tuhan, karena Tuhan punya standar yang berbeda. Kalau orang yang
kelihatan baik saja bisa dianggap jahat oleh Tuhan, apalagi orang yang dianggap
jahat oleh manusia. Kalau saudara sendiri bagaimana?”.
Dari banyak contoh ini saya harap saudara bisa
menyadari bahwa sebetulnya hampir setiap pembicaraan bisa kita arahkan menuju
pembicaraan rohani / pembicaraan tentang dosa.
Setelah melalui pembicaraan seperti di atas
ini, kita masuk dalam pembicaraan tentang dosa.
1) Ingat bahwa tujuan kita di sini bukanlah
untuk menghakimi dia.
Untuk menghindari timbulnya kesan bahwa kita menghakimi
dia, maka perlu kita tunjukkan kepada dia bahwa kita juga adalah orang yang
berdosa sama seperti dia.
2) Tujuan kita dalam bagian ini adalah menyadarkan
orang yang kita injili itu bahwa dia adalah manusia yang berdosa. Kalau bisa,
bahkan kita harus menyadarkan dia bahwa ia adalah
orang yang sangat berdosa.
Jangan hanya
membuatnya sadar bahwa manusia secara umum adalah orang berdosa. Ia harus sadar bahwa
ia sendiri adalah manusia berdosa. Jadi, dalam memilih
hukum-hukum yang menunjukkan dosa, pilihlah hukum-hukum yang memang
bertentangan dengan kehidupannya (kalau saudara mengenal dia dan tahu tentang
hidupnya).
Kesadaran akan dosa
ini sangat penting, karena tanpa kesadaran akan dosa, ia tidak akan merasa
butuh Yesus sebagai Juruselamat dosa. Sedangkan kesadaran bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa merupakan sesuatu
yang penting, karena tanpa hal ini, ia masih mungkin akan berusaha untuk masuk
surga dengan kebaikannya sendiri.
3) Ayat-ayat yang bisa kita pakai untuk
menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa.
a) Untuk
orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.
Kalau saudara memberitakan Injil kepada orang
yang menolak ototritas Kitab Suci kita, mungkin karena ia mempunyai agama lain
dengan Kitab Sucinya sendiri, maka dalam penyadaran dosa ini mungkin lebih baik
saudara tidak menggunakan hukum-hukum / larangan-larangan yang hanya ada dalam
Kitab Suci Kristen, seperti jika ditampar pipi kanan harus memberikan yang
kiri, harus mengasihi musuh, dsb. Penggunaan hukum-hukum yang hanya ada dalam
Kitab Suci Kristen itu sangat mungkin mendapatkan jawaban: “Itu
Jadi, sebaiknya
saudara menggunakan hukum-hukum yang diakui baik dalam Kristen maupun dalam
agama orang yang saudara injili itu. Misalnya jangan berdusta, jangan berzinah,
jangan mencuri, jangan membenci / dendam, dsb.
Tetapi jangan menggunakan hukum-hukum yang hanya ada
dalam Kitab Suci orang itu, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci Kristen! Dalam
memberitakan Injil, kita harus menggunakan Firman Tuhan, yang adalah pedang
Roh, dan itu adalah Kitab Suci kita sendiri!
b) Untuk
orang-orang dalam kalangan Kristen.
1. Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa semua
manusia adalah manusia berdosa (ini dosa secara umum):
·
Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada
tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada
seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12)
Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang
berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
·
Pkh 7:20
- “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang
yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
2. Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk menyadarkan
dia dari dosa-dosa tertentu:
·
Kel 20:3-17
- 10 hukum Tuhan.
·
Mat 5:28
- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia
di dalam hatinya”.
·
Mat 5:44
- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.
Bacakan ayat-ayat ini dan tekankan satu hal
ini: tidak ada orang yang tidak pernah melanggar hukum-hukum ini!
Catatan: saudara tidak selalu harus mengajak orang itu
untuk membaca ayatnya dari Kitab Suci. Saudara bisa
mengutipnya luar kepala. Tetapi untuk ini tentu
diperlukan usaha menghafalkan ayat-ayat Kitab Suci.
4) Ayat-ayat yang bisa kita gunakan untuk
menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat
berdosa:
a) Mat 22:37-39 - “(37) Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum
yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Semua orang selalu
berdosa dengan melanggar kedua hukum ini, khususnya hukum yang pertama, karena
tidak mungkin ada orang yang bisa mengasihi Allah dengan segenap hati,
jiwa dan akal budi.
Jadi, bisa dikatakan bahwa kita berbuat dosa setiap saat.
Dan hanya dengan meninjau satu hukum ini saja, dosa kita
sudah bukan main banyaknya. Apalagi kalau kita
meninjau semua hukum yang ada dalam Kitab Suci.
b) Yes 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala
kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun
dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.
Perhatikan bahwa Yesaya adalah seorang nabi,
tetapi ia mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia bukan mengatakan ‘segala dosa / kejahatan kami seperti kain
kotor’. Ia juga bukan mengatakan ‘sebagian
kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
c) Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di
bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata”.
Perhatikan
kata-kata yang saya garis-bawahi itu. Ayat ini mengatakan ‘segala
(bukan sebagian)
kecenderungan hatinya’, ‘selalu (bukan
kadang-kadang / sering) membuahkan
kejahatan’,
dan seakan-akan itu masih belum cukup, lalu masih menambahkan kata ‘semata-mata’.
d) Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari
kebenaran”.
Istilah ‘hamba dosa’ menunjuk kepada orang-orang yang belum dibebaskan dari dosa
oleh Yesus Kristus.
Jadi itu menunjuk kepada semua orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus!
Kata-kata ‘bebas
dari kebenaran’
menunjukkan bahwa orang itu sama sekali tidak bisa
melakukan apapun yang betul-betul benar di hadapan Allah!
5) Kebijaksanaan dalam menekankan atau tidak
menekankan point tentang dosa ini.
Saudara harus mau
menggunakan banyak waktu (kalau memungkinkan) untuk menekankan point tentang
dosa ini, khususnya kalau saudara menghadapai orang yang relatif baik hidupnya,
atau yang kurang menyadari dosanya, atau yang merasa bisa masuk surga
berdasarkan kebaikan / ketaatannya sendiri.
Sebaliknya, point
tentang dosa ini mungkin tidak terlalu perlu ditekankan kalau saudara
menghadapi seseorang yang sangat bejat, dan betul-betul sudah menyadari hal
itu. Misalnya pada waktu saudara memberitakan Injil kepada seorang
pelacur. Orang seperti ini biasanya sudah sangat sadar akan dosanya.
Kalau point tentang
dosa dirasa sudah cukup, maka kita melanjutkan pembicaraan ke point
selanjutnya, yaitu tentang ‘hukuman dosa’.
Kalimat penghubung
/ transisinya tidak sukar. Saudara dengan mudah mengatakan bahwa Allah itu adil, dan
karena itu Ia pasti menghukum manusia berdosa.
Point ini perlu ditekankan, khususnya pada
waktu menghadapi orang yang terlalu menyoroti / menekankan kasih Allah, tetapi
melupakan / mengabaikan kesucian dan keadilan Allah, yang menyebabkan Allah itu
membenci dosa dan pasti menghukum orang yang berbuat dosa.
Bdk. Nahum 1:3 - “TUHAN itu panjang
sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari
hukuman orang yang bersalah”.
Wujud hukuman dosa:
1) Penderitaan
(Ke 3:6-8,16-19).
Ini bisa merupakan
penderitaan fisik (kemiskinan, penyakit / rasa sakit, dsb) maupun penderitaan
batin (gelisah, sumpek, takut, kuatir, problem keluarga, kematian keluarga /
orang yang dicintai, kegagalan, dsb).
2) Neraka
/ hukuman kekal.
Ini merupakan
hukuman yang paling harus ditekankan. Jadi pada waktu membicarakan point tentang hukuman dosa, jangan hanya
bicara tentang penderitaan fisik, hati yang gelisah, dan sebagainya.
Yang terutama harus ditekankan adalah hukuman neraka!
Ayat-ayat yang bisa digunakan adalah:
Ro 6:23a - “Sebab upah dosa ialah maut”.
Katakan bahwa ‘maut’ bukan hanya menunjuk pada kematian jasmani, tetapi pada
kematian kedua, seperti yang dibicarakan dalam Wah 21:8.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak
percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka
akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan
belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
Bdk. Mat 25:46
- “Dan mereka ini akan masuk ke tempat
siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Ceritakan juga
bahwa hukuman di neraka bukan hanya hebat, tetapi juga berlangsung
selama-lamanya.
Luk 16:19-31 -
“(19) ‘
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan
bahwa neraka merupakan tempat penderitaan yang hebat. Bagian yang saya cetak
miring (ay 26) menunjukkan bahwa sekali seseorang masuk neraka, maka untuk
selama-lamanya ia akan ada di neraka. Cerita ini juga
menunjukkan bahwa sekalipun orang kaya itu kelihatannya menyesal, ia tetap tidak diampuni!
Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa
mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak
henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta
patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.
Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam
lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa
siang malam sampai selama-lamanya”.
Jangan sungkan menceritakan ini, seakan-akan
saudara menakut-nakuti dia! Memang banyak orang beranggapan
bahwa dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh berbicara tentang neraka.
Itu menakut-nakuti, tidak kasih, dan sebagainya.
Tetapi saya menentang pandangan seperti itu dengan satu alasan sederhana ini:
ayat-ayat tentang neraka dalam Kitab Suci, sebagian besar diucapkan /
diajarkan oleh Yesus sendiri! Apakah Dia tidak / kurang
kasih?
Illustrasi: seorang dokter yang setelah memeriksa pasiennya, dan mendapati
bahwa pasiennya menderita kanker, lalu menceritakan bahaya dari penyakit itu
kepada pasiennya. Apakah ini tidak kasih? Kasih bukan hanya mengatakan yang enak-enak saja. Mengatakan
yang enak-enak saja justru seringkali sebetulnya bukan kasih!
Kalau saudara sudah membicarakan tentang dosa
dan hukumannya, maka mungkin itu akan membuat orang
yang saudara injili itu menjadi takut. Maka saudara bisa
melanjutkan pembicaraan / penginjilan ke point selanjutnya. Kalimat yang
bisa digunakan sebagai kalimat penghubung / transisi ke pembicaraan point selanjutnya adalah: “Jangan takut. Sekalipun saudara adalah orang yang sangat
berdosa, dan seharusnya masuk neraka selama-lamanya, tetapi Allah itu kasih,
dan Ia telah menyediakan jalan keluar, supaya saudara tidak perlu masuk neraka.
Jalan itu adalah salib Kristus / Kristus yang tersalib”.
1) Salib Kristus ada / terjadi, karena adanya
kasih Allah.
Jadi, penekanan di
sini adalah kasih Allah.
Kalau pada point II
di atas penekanannya adalah pada keadilan Allah, maka pada point III ini penekanannya adalah kasih Allah. Karena Allah
adil maka Ia harus menghukum dosa (point II), tetapi karena Ia kasih, Ia
ingin manusia terbebas dari hukuman itu. Karena itu Ia
sendiri menjadi manusia (Yesus Kristus) dan mati di salib untuk menebus dosa
umat manusia.
2) Penjelasan tentang kata / istilah
‘penebusan / menebus’.
Harus diingat bahwa
kata ini merupakan suatu kata yang abstrak. Orang Kristen saja banyak
yang tidak mengertinya, apalagi orang kafir. Karena
itu kata ini harus kita jelaskan.
Pada waktu menjelaskan tentang penebusan yang
Kristus lakukan bagi kita melalui penderitaan dan kematianNya di kayu salib,
harus kita jelaskan bahwa ‘menebus’ berarti bahwa Ia
menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa kita. Kita yang berdosa,
dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Kristus telah menebus dosa kita,
artinya, Kristus telah menerima hukuman kita itu untuk menggantikan kita. Ini
seperti seseorang yang berhutang, tetapi orang lain yang membayarnya.
Karena adanya pemikulan
/ pembayaran hukuman dosa oleh Kristus ini maka kita yang berdosa bisa bebas
dari hukuman dosa kita (Ro 8:1). Sama seperti kalau seseorang telah membayar
hutang kita, maka tentu si pemilik uang tidak bisa menagih kita lagi.
3) Pentingnya
menggunakan illustrasi dalam bagian ini.
Illustrasi yang
baik bisa membuat pelajaran ini dimengerti dengan makin jelas, dan membuatnya
makin diingat oleh orang yang kita injili.
Contoh illustrasi yang bisa kita gunakan:
Hakim itu seperti
Allah sendiri.
Ia melihat manusia berdosa, dan Ia harus adil,
sehingga Ia harus menjatuhkan hukuman. Tetapi karena Ia mengasihi manusia
berdosa itu, maka Ia lalu menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan
menerima hukuman yang Ia sendiri berikan, pada waktu Ia menderita dan mati di
kayu salib. Ini menyebabkan orang-orang yang percaya kepada
Kristus bebas dari hukuman.
4) Ayat-ayat
yang bisa digunakan.
Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan
kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan
keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita
menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan
kepadanya kejahatan kita sekalian”.
Mat 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”.
Mark 10:45 - “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi
banyak orang.’”.
Ro 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.
Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan
jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang
yang digantung pada kayu salib!’”.
Kol 1:20 - “dan oleh
1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
(19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.
1Pet 2:24-25 - “(24) Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita,
yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh
bilur-bilurNya kamu telah sembuh. (25) Sebab
dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada
gembala dan pemelihara jiwamu”.
Catatan: Banyak orang menerapkan kata ‘sembuh’ dalam 1Pet 2:24 ini secara salah pada kesembuhan jasmani. Sebetulnya kata ini menunjuk pada kesembuhan rohani, bukan
kesembuhan jasmani. Ini terlihat dari
konteksnya (baca ay 25nya).
Saudara tentu saja
tidak perlu menggunakan semua ayat-ayat di atas. Saudara bisa memilih satu
atau dua saja, lalu menghafalkannya, dan menggunakannya pada waktu saudara memberitakan
Injil.
Sebagai kalimat penghubung / transisi, kita
bisa mengatakan: “Tidak cukup bagi
saudara untuk hanya mendengar atau mengerti tentang Yesus, saudara harus juga
percaya kepada Yesus sehingga Tuhan dan Juruselamat saudara”.
1) Ayat-ayat yang bisa digunakan.
Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya
kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam
namaNya”.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Catatan: hati-hati dengan ayat ini. Ayat
ini tidak berarti bahwa kalau satu orang percaya semua keluarganya ikut
selamat. Juga tidak berarti bahwa semua keluarganya dijanjikan akan selamat. Ayat ini berarti: kamu harus percaya kepada
Tuhan Yesus, dan kamu akan selamat. Seisi rumahmu juga
harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan mereka juga akan
selamat.
Wah 3:20 - “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau
ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan
dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”.
Jangan terlalu membedakan antara ‘percaya kepada Yesus’, ‘datang
kepada Yesus’,
dan ‘menerima Yesus’. Istilah-istilah ini sebetulnya sama saja. ‘Membukakan
pintu bagi Yesus’
atau ‘menerima Yesus’ sama dengan ‘percaya
kepada Yesus’.
2) Apa / siapa yang harus dipercaya?
a) Ia harus percaya ajaran Kitab Suci tentang Yesus.
Kitab Suci sering
menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe that’ (= percaya
bahwa).
Contoh:
·
Yoh 20:31
- “tetapi semua yang tercantum di sini
telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah,
dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.
·
Ro 10:9
- “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu,
bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan”.
·
1Yoh 5:1
- “Setiap orang yang percaya, bahwa
Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia
yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya”.
Sebetulnya ia harus
percaya segala sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi
ada hal-hal yang harus ditonjolkan, yaitu:
1. Ia harus percaya bahwa Yesus adalah Allah /
Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1 Yoh 20:28 Ro 9:5
Tit 2:13 Ibr 1:8).
Bagian yang saya garisbawahi itu perlu
ditekankan mengingat adanya ajaran Saksi Yehuwa, dan juga ajaran orang-orang
seperti Bambang Noorsena dan Jusuf Rony, yang mengatakan bahwa:
·
Yesus
adalah Allah, tetapi lebih rendah dari Bapa / Yehovah / Yahweh.
·
Yesus
bukan ‘Tuhan’, tetapi hanya ‘tuan’.
2. Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14).
a. Ini Ia lakukan karena sebagai
b. Ia harus menjadi manusia, karena Ia ingin menebus manusia.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan
daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam
keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis,
yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan
mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada
maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia
kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya,
maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya
Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah
untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
3. Yesus
hidup suci.
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar
yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama
dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”.
Ini merupakan
sesuatu yang penting, karena tanpa kesucian ini Yesus tidak bisa memikul
hukuman dosa kita, tetapi harus menderita dan mati untuk dosaNya sendiri.
4. Yesus menderita dan disalibkan sampai mati
untuk menebus semua dosa umat manusia.
Yeh 36:25 - “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan
mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua
berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.
Kol 2:13 - “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan
oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama
dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita”.
Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk
membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu
umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.
1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti
Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang
lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala
dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah
setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan
kita dari segala kejahatan”.
‘Semua dosa’ berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan
dosa yang akan datang terus sampai kita mati, tanpa
kecuali! Ini mencakup dosa besar maupun kecil, dosa aktif
maupun dosa pasif, dosa sengaja / sadar maupun dosa yang tidak disengaja /
disadari. Bahwa penebusan Yesus mencakup semua dosa kita tanpa kecuali,
perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia
tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.
a. Ajaran ini akan
menyebabkan orang itu nanti sengaja berbuat dosa.
Jawaban saya:
Semua ajaran yang
benar bisa ditanggapi secara salah. Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh
mengajarkan ajaran yang benar itu. Lebih-lebih, itu
tidak berarti bahwa kita boleh mengubah ajaran yang benar itu.
Kita bisa memberikan
ajaran tambahan, supaya orang yang kita injili itu tidak memberikan tanggapan
yang salah.
Misalnya dengan mengatakan bahwa kalau kita terus sengaja berbuat dosa, maka
Tuhan akan menghajar kita (Ibr 12:5b-12). Tetapi
kalau setelah kita memberitahunya seperti itu ia tetap
memberikan tanggapan yang salah, itu adalah urusannya dengan Allah sendiri.
b. Bagaimana mungkin Yesus bisa mati untuk
dosa-dosa saya yang akan datang? Bukankah
semua itu belum terjadi?
Jawaban saya:
·
Yesus
mati sekitar 2000 tahun yang lalu, dan pada saat itu semua dosa saya, bahkan
dosa-dosa yang lalu, belum terjadi.
·
Sekalipun
dosa-dosa itu belum terjadi pada saat Yesus mati, Allah yang maha tahu itu
sudah mengetahui tentang semua dosa-dosa itu, dan sudah menimpakan hukuman dari
semua dosa itu pada diri Yesus.
5. Yesus bangkit secara jasmani dari antara
orang mati.
Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia
dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.
·
kubur
yang kosong setelah kebangkitan Yesus.
·
setelah
kebangkitanNya, Ia mengijinkan Tomas meraba bekas paku dan tombak di tangan dan
tubuhNya (Yoh 20:27).
·
setelah
kebangkitanNya, Ia menunjukkan kaki dan tanganNya kepada para muridNya,
mengijinkan mereka merabaNya, dan Ia makan ikan di depan mereka. Ia juga secara explicit
mengatakan bahwa Ia bukan hantu / roh.
Luk 24:36-43 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu,
Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka:
‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan
menyangka bahwa mereka melihat hantu. (38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan
apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu
dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu
tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40)
Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan
kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya
dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka:
‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan
kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.
Catatan: kata ‘hantu’ salah terjemahan. Kata
Yunaninya adalah PNEUMA, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘roh’.
6. Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga
(Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11,12).
Ini sudah saya tekankan dalam pelajaran di depan, dan karena itu tidak saya ulangi lagi di sini.
b) Ia harus percaya kepada Yesus.
Kitab Suci sering
menggunakan kata bahasa Yunani PISTEUO (= believe
/ percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada).
Misalnya:
·
Yoh 3:16
- “Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal”.
·
Yoh
3:36 - “Barangsiapa percaya kepada
Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak,
ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di
atasnya.’”.
·
Kis 10:43
- “Tentang Dialah semua nabi bersaksi,
bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa
oleh karena namaNya.’”.
·
Kis 16:31
- “Jawab mereka: ‘Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu.’”.
Jadi, jelas bahwa orang
yang betul-betul beriman, tidak hanya percaya segala sesuatu tentang
Yesus [point a)], tetapi juga harus
percaya kepada Yesus [point
b)]!
Untuk melihat perbedaan 2
hal ini, saya memberikan illustrasi sebagai berikut: saudara tahu dan percaya
banyak hal tentang saya. Misalnya bahwa saya adalah
seorang pendeta, mempunyai 1 istri, 1 anak, saya lahir pada tahun 1954, dsb.
Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada saudara dan mau
meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon / bukti apapun, apakah
saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti
saudara percaya kepada saya. Kalau tidak itu
berarti saudara hanya percaya tentang saya.
3) Kita diselamatkan oleh / karena ‘iman saja’, bukan oleh / karena ‘perbuatan
baik’ atau ‘iman dan perbuatan baik’.
Salah satu semboyan reformasi adalah SOLA
FIDE, yang artinya ‘only faith’ (= hanya iman). Ini
merupakan sesuatu yang harus sangat ditekankan dalam memberitakan Injil! Kita
harus menekankan bahwa perbuatan baik sama sekali
tidak mempunyai andil untuk menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.
Cynddylan
Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut:
“You might as well
try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good
works” (= Kamu bisa mencoba
menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau
ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).
Martin
Luther: “The most damnable and pernicious heresy
that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make
himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang
pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa
membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang
mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.
Archbishop
William Temple mengucapkan kata-kata yang dikutip oleh John Stott sebagai
berikut:
“All is of God. The only thing of my very own which I
contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya
hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari
mana aku perlu ditebus) - ‘The
Preacher’s Portrait’, hal 44-45.
a) Perbuatan
baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?
1. Karena manusia
di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat
baik.
Kita lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita
mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa.
Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
·
Kej 6:5
- “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia
besar di bumi dan bahwa segala (bukan
‘sebagian’ tetapi ‘segala’) kecenderungan hatinya selalu (bukan
‘kadang-kadang’ / ‘sering’ tetapi ‘selalu’) membuahkan kejahatan semata-mata”.
·
Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk
bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah
jahat dari sejak kecilnya”.
·
Ro 6:20
- “Sebab waktu kamu hamba dosa,
kamu bebas dari kebenaran”.
·
Ro 8:7-8
- “(7) Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal
ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak
mungkin berkenan kepada Allah”.
·
Tit 1:15
- “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi
orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci,
karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan
orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi,
tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang
miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?
a. Karena tindakan
itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintahKu”.
b. Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk
memuliakan Allah.
1Kor 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau
minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu
untuk kemuliaan Allah”.
Suatu ‘ketaatan /
perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada
Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan
bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan
baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan
sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?
2. Firman Tuhan memberikan gambaran yang
menjijikkan tentang kehidupan manusia di hadapan Allah.
a. Kesalehan
manusia digambarkan seperti kain kotor.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami
sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perhatikan bahwa Yesaya
bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti
kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti
kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
Jadi, sebetulnya semua kesalehan orang
percayapun seperti kain kotor di hadapan Allah!
b. Dosa
/ kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain.
Sekarang, kalau ‘segala
kesalehan’ kita
digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah
ini.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak
manusia, waktu kaum
Dosa / kejahatan
kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah
‘cemar
kain’ itu? NIV
menterjemahkannya: ‘a woman’s monthly
uncleanness’ (= kenajisan bulanan
dari seorang perempuan).
Bandingkan juga
dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar
kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya
menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki
tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka
ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya
menjadi najis juga”.
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ (= masa
datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar
kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).
Jadi kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang
dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.
Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan segala
kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita
seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami
datang bulan! Merupakan suatu kegilaan kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal
menjijikkan itu kita bisa layak untuk masuk surga!
Siapapun yang
menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian /
kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan
perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini!
Keberatan: tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang
yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?
Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di
sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan
dengan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.
3. Seandainya
ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa
menghapuskan dosa.
Bahwa
dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21 yang berbunyi: “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang
dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman
dalam Kristus Yesus ... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka
sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb.
Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’,
ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik
untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’.
Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah
‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak
bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan
/ Kitab Suci!
b) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan
itu hanya karena iman adalah:
·
Ro 3:24
- “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan
dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
Perhatikan kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini.
Kalau perbuatan baik punya andil dalam membawa kita ke surga,
tidak mungkin ada kata ‘dengan
cuma-cuma’ di sini.
Bandingkan dengan Yes 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah
air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa
uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa
bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti,
dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan
menikmati sajian yang paling lezat”.
John
Henry Jowett (tentang Yes 55:1-7): “The refreshing waters are offered to
‘everyone’ that is thirsty. ... And the waters may be ours
‘without money and without price.’ ... No,
we are asked to pay nothing, and for the simple reason that we ‘have
nothing wherewith to pay.’ The reviving grace is given to us
‘freely,’ and all that we have to present is our thirst. And yet we
spend and spend, we labour and labour, but we buy no bread of contentment, and
the waters of satisfaction are far away. The satisfying bread cannot be bought;
it can only be begged” (= Air yang menyegarkan ditawarkan kepada ‘setiap
orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi
milik kita ‘tanpa uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta untuk membayar apa-apa, dan itu
disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu bahwa kita ‘tidak mempunyai
apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih
karunia yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’,
dan semua yang harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita
terus menghabiskan uang dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak
membeli roti kepuasan, dan air kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang
memuaskan tidak bisa dibeli; itu hanya bisa diminta / diterima melalui
pengemisan) - ‘Springs of Living Water’, August 6.
·
Ro 3:27-28
- “(27) Jika demikian, apakah dasarnya
untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa?
Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami
yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan
hukum Taurat”.
·
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu,
bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat,
tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah
percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam
Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada
seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21)
Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum
Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
·
Ef 2:8-9
- “(8) Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9)
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
·
Fil 3:8-9
- “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap
rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku,
lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan
semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan
berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum
Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu
kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
·
Ro 9:30-10:3
- “(9:30) Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar
kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31)
Tetapi: bahwa
·
Kis 15:1-11 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan
mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat
menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’
(2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat
mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa
orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul
dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. (3) Mereka
diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui
Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang
pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan
hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh
jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan
segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. (5) Tetapi beberapa
orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata:
‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti
hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua
untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung
pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada
mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah
memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa
lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal
hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia
mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia
sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan
hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai
Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak
dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11)
Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita
akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.
Bdk. ay 11b dengan
Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga
pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan
lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan
lagi kasih karunia”.
Jelas terlihat bahwa Sidang Gereja Yerusalem
membenarkan Paulus dan Barnabas yang mengajarkan keselamatan hanya oleh iman
saja, dan menyalahkan orang-orang kristen Yahudi, yang
menekankan bahwa untuk selamat, mereka juga harus mentaati hukum Taurat
(ay 1).
·
Luk 23:42-43
- “(42) Lalu ia
berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’
(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini
juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Penjahat yang boleh dikatakan tak punya
perbuatan baik sama sekali ini, dan bahkan tak pernah
ke gereja, belum dibaptis, dsb, ternyata dijamin keselamatannya oleh Yesus,
hanya karena ia percaya kepada Yesus.
c) Penjelasan tentang ayat-ayat yang seolah-olah
menunjukkan bahwa kita diselamatkan oleh / karena perbuatan baik.
Yeh 18:24 - “Jikalau
orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala
kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan
diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan
karena dosa yang dilakukannya”. Bdk. Yeh 3:20a Yeh 18:26 Yeh 33:13 Yeh 33:18.
Mat 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak BapaKu yang di sorga”.
Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam
kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan
bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
(33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan
kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan
berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati
oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia
dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku
haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku
tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku
sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
(37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia,
katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau
makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat
Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang
dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit
atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling
hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia
akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari
hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar,
kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
(43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing,
atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
(45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah
seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi
orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Kelihatannya
domba-domba itu masuk surga karena berbuat baik, sedangkan kambing-kambing
masuk neraka karena melakukan dosa pasif.
Yoh 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan
hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan
mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan
bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan
bangkit untuk dihukum”.
Ro 2:4-8
- “(4) Maukah engkau menganggap sepi
kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau
tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5)
Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka
atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan
membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka
yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari
kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada
kelaliman”.
Dalam menghadapi ayat-ayat seperti ini, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci
sehingga bertentangan satu dengan yang lainnya. Kita sudah melihat banyak ayat
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik. Jadi ayat-ayat di
sini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan Kitab Suci mengajarkan doktrin sesat ‘salvation
by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik).
2. Di atas kita juga sudah melihat bahwa orang
di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Jadi, bagaimana mungkin ia bisa selamat dengan berbuat
baik? Juga sudah kita lihat bahwa seandainya ia bisa berbuat
baik, maka perbuatan baiknya itu tidak bisa menghapuskan dosa-dosanya, sehingga
ia tetap tidak mungkin bisa diselanmatkan oleh perbuatan baiknya.
3. Hanya orang kristen
yang sejati yang bisa berbuat baik (Itupun dengan pertolongan Roh Kudus, dan karena
Allah menilai dengan murah hati).
Jadi, ayat-ayat di
atas, yang menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik masuk surga,
sebetulnya menyatakan bahwa orang yang beriman saja yang masuk surga. Ayat-ayat itu tidak mungkin menggambarkan
orang yang tidak beriman, karena orang yang tidak beriman sama
sekali tdak bisa berbuat baik.
4. Alasan mengapa
ayat-ayat Kitab Suci tertentu seolah-olah menunjukkan keselamatan karena
perbuatan baik.
Orang yang sungguh-sungguh beriman pasti akan berbuat baik. Iman mereka tidak
terlihat, tetapi perbuatan baik mereka bisa terlihat. Karena itu, pada
ayat-ayat tertentu Kitab Suci menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga.
d) Penjelasan tentang teks sukar Yak 2:14-26.
Karena panjangnya
dan sukarnya pembahasan tentang teks ini, maka pembahasannya saya letakkan
secara terpisah dalam bagian APENDIX di belakang.
Dalam memberitakan Injil, hati-hatilah untuk
tidak mengganti doktrin ‘salvation
by faith’ (= keselamatan oleh iman) dengan doktrin sesat ‘salvation by works’ (=
keselamatan oleh perbuatan baik).
Ini sering terjadi kalau orang yang diinjili
itu berkata: lho kok enak dosa dihapus begitu saja? Kalau berdosa lagi
bagaimana?, dsb. Sang penginjil, karena takut orang
itu lalu berbuat dosa seenaknya sendiri, bisa ‘terpaksa menjawab’
bahwa orang itu harus taat juga, kalau tidak, ia tidak
akan masuk surga. Dengan demikian sang penginjil, secara sadar atau tidak,
mengajarkan doktrin sesat ‘salvation
by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik). Hal seperti ini tidak
pernah boleh dilakukan! Siapapun yang melakukannya, ia
menjadi nabi palsu / pengajar sesat! Keselamatan memang hanya oleh / karena
iman, bukan oleh / karena iman dan perbuatan baik!
Kalau orang itu menanggapi ajaran Injil yang
benar dengan cara berbuat dosa seenaknya sendiri, itu
adalah tanggung jawabnya sendiri.
4) Kalau ia mau percaya
/ menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, maka kita ajak dia berdoa untuk
mengundang Tuhan Yesus / menyatakan iman kepada Yesus.
Sebelum kita melanjutkan
dengan langkah berikutnya, kita perlu memeriksa imannya dengan menanyakan tentang
keyakinan keselamatannya.
Sesuatu yang sangat perlu ditekankan di sini
adalah pertanyaan ini: apakah ia percaya bahwa sekitar
2000 tahun yang lalu Yesus menderita dan mati untuk memikul hukuman dari semua
dosa-dosanya, hukuman yang seharusnya untuk dia? Kalau ia
percaya hal itu, ia harus yakin masuk surga, karena semua dosa / hutangnya
sudah dibayar. Dosa mana lagi yang menyebabkan ia
harus masuk neraka? Kalau ia tidak / belum yakin akan
keselamatannya, itu menunjukkan bahwa imannya belum beres!
Ayat-ayat yang bisa digunakan:
·
Ro 8:1
- “Demikianlah sekarang tidak ada
penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.
·
1Yoh 5:11-13
- “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah
telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam
AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki
hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. (13) Semuanya
itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama
Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
Catatan: tentang ‘keyakinan keselamatan’ akan saya jelaskan secara lebih terperinci di belakang (pada
bab tentang ‘IMAN’, No. V (Iman dan keyakinan keselamatan).
Sejak pemberitaan
Injil pada
Jadi jelas bahwa
pemberitaan tentang Yesus sebagai Tuhan adalah sesuatu yang penting. Kalau kita menerima Yesus
sebagai Tuhan, itu berarti kita menjadi hambaNya, dan karena itu kita harus
mentaati segala perintahnya.
Bdk. Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan,
padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku
katakan?”.
Ini berarti bahwa orang itu harus bertobat
dari segala dosanya, baik dosa aktif (melakukan apa
yang dilarang), maupun dosa pasif (tidak melakukan apa yang diperintahkan).
Pertobatan dari dosa merupakan bukti iman yang
sejati (Yak 2:17,26). Mengapa
demikian? Karena:
1) Orang yang percaya kepada Yesus, pasti
menerima Roh Kudus.
Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman
kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
2) Dan Roh Kudus itu akan
mengeluarkan buah Roh, yang menyebabkan hidup orang itu akan dikuduskan /
disucikan (Gal 5:22-23).
Karena itu, kalau ada orang yang mengatakan
bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah ke arah yang
positif sama sekali, maka itu
menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia
tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.
Tetapi ingat satu hal penting ini: Sekalipun iman yang sejati
pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang
menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama
sekali bukan perbuatan baiknya.
William
Hendriksen: “Good
works have never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim
that he is a Christian” (=
Perbuatan baik tidak pernah menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik
tidak seorangpun mempunyai hak untuk mengclaim bahwa ia
adalah orang Kristen) - ‘Romans’, hal
114.
Illustrasi:
sakit ® obat ® sembuh ® olah raga / bekerja
dosa ® iman ® selamat ® taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu
saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja
hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu, kalau
seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah
sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang
salah dengan obatnya.
Demikian juga
dengan orang berdosa.
Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik.
Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman
dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik /
ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.
Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka
akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya
perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.
iman
U
------------------------------------------------------------------------------------
tak ada perbuatan baik ada
perbuatan baik
(Ro 6:20)
ò
selamat
Luk 19:9 - “Kata
Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah
ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
-AMIN-