Argumentasi dan Theologia dalam
Memberitakan Injil
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Catatan: kabarnya, traktat tersebut sudah direvisi.
Menurut ajaran ini, ada 3 golongan manusia:
1) Orang
non Kristen.
Kristus ada di luar
dirinya / hatinya; si Aku bertahta dalam dalam hidupnya.
|
|
|
|
|
A |
|
|
|
|
|
K |
|
|
|
|
2) Orang
Kristen duniawi.
Kristus ada di dalam dirinya / hatinya, tetapi
si Aku masih tetap bertahta di dalam hidupnya, sehingga sama
sekali tidak ada perubahan di dalam hidupnya.
|
|
|
|
A |
|
|
|
K |
|
|
|
3) Orang
Kristen rohani.
Kristus bukan hanya
ada di dalam dirinya / hatinya, tetapi juga bertahta di dalam hidupnya,
sedangkan si Aku turun tahta.
|
|
|
|
K |
|
|
|
A |
|
|
|
Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh ajaran
ini adalah 1Kor 2:14-3:3 dimana digunakan tiga istilah bahasa Yunani
yaitu:
a) Psuchikos
- diterjemahkan sebagai ‘manusia
duniawi’ dalam
Kitab suci bahasa
b) Sarkikos
- diterjemahkan juga sebagai ‘manusia
duniawi’ dalam Kitab
Suci bahasa Indonesia (1Kor 3:1).
c) Pneumatikos
- diterjemahkan sebagai ‘manusia
rohani’ dalam
Kitab Suci bahasa Indonesia (1Kor 3:1).
1Kor 2:14-3:3
- “(2:14) Tetapi manusia duniawi (PSUCHIKOS) tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu
baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu
hanya dapat dinilai secara rohani.
(2:15) Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia
sendiri tidak dinilai oleh orang lain. (2:16) Sebab: ‘Siapakah yang mengetahui
pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?’ Tetapi
kami memiliki pikiran Kristus. (3:1) Dan aku,
saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti
dengan manusia rohani (PNEMATIKOS),
tetapi hanya dengan manusia duniawi (SARKIKOS), yang belum dewasa dalam Kristus. (3:2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras,
sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun
kamu belum dapat menerimanya. (3:3) Karena kamu masih
manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan
perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa
kamu hidup secara manusiawi?”.
1) Penafsiran yang salah dari 1Kor 3.
a) Dalam 1Kor 3 itu Paulus menegur jemaat
Korintus karena mereka hidup seperti orang-orang yang tidak percaya dalam
satu segi kehidupan mereka (grup-grupan / perselisihan / iri hati -
ay 3,4). Paulus tidak
memaksudkan bahwa mereka hidup seperti orang kafr dalam seluruh segi
kehidupan mereka.
b) Pada waktu Paulus berbicara tentang
golongan-golongan manusia, ia hanya mengajarkan adanya
dua golongan.
1Kor 2:14-15 - “(14) Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya
adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya
dapat dinilai secara rohani. (15) Tetapi manusia rohani menilai segala
sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang
lain”.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru
sudah datang”.
2Kor 6:14-16 -
“(14) Janganlah kamu merupakan pasangan
yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran
dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang
dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat
antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang
percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah hubungan
bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup
menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan
hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka
akan menjadi umatKu”.
Gal 5:17-24 - “(17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan
Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya
bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa
yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh
Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah
nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala,
sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu -
bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia
tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (22) Tetapi buah Roh ialah:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
(23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang
menentang hal-hal itu. (24) Barangsiapa menjadi milik
Ro 8:5-9 - “(5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan
hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal
yang dari Roh. (6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh
adalah hidup dan damai sejahtera. (7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum
Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam
daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. (9) Tetapi kamu tidak hidup dalam
daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi
jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus”.
c) Menyerang ajaran
tersebut dengan pertanyaan.
Kesalahan
dari ajaran tersebut di atas juga dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah golongan 3 sudah tidak bertumbuh lagi
dalam iman maupun kesucian? Kalau mereka masih bertumbuh,
apakah lalu nanti menjadi golongan 4 yang super rohani?
2. Siapa yang berhak menentukan orang Kristen
yang mana yang masuk golongan 2 dan orang Kristen yang mana yang masuk golongan
3? Apa dasarnya? Dosa-dosa apa
yang menyebabkan orang Kristen masuk golongan 2?
2) Ajaran tersebut di atas memisahkan
pengampunan dosa dan hidup / hati yang diperbaharui (Golongan ke 2 mendapat
pengampunan dosa, sekalipun hidupnya / hatinya tak diperbaharui). Tetapi Kitab Suci menunjukkan bahwa pengampunan dosa tidak bisa
terjadi tanpa adanya pembaharuan hati / hidup.
Charles Hodge (tentang 2Kor 6:1): “‘That ye
receive not the grace of God in vain.’ What is it to receive the grace of
God in vain? Some say that the meaning is to accept of the atonement of Christ,
or reconciliation with God spoken of in the preceding chapter, and yet to live
in sin. The favor of God is then accepted to no purpose. But this is an
unscriptural idea. Justification and sanctification cannot be thus
separated. A man cannot accept of reconciliation with God and live in sin;
because the renunciation of sin is involved in the acceptance of reconciliation.
Paul never assumes that men may accept one benefit of redemption, and reject
another. They cannot take pardon and refuse sanctification” [= ‘Supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah,
yang telah kamu terima’. Apa artinya menerima
kasih karunia Allah dengan sia-sia? Beberapa orang mengatakan bahwa artinya
adalah menerima penebusan Kristus, atau perdamaian dengan Allah yang
dibicarakan dalam pasal sebelumnya (2Kor 5),
tetapi hidup dalam dosa. Dengan demikian kebaikan Allah
diterima tanpa ada gunanya. Tetapi ini merupakan
pandangan / kepercayaan yang tidak Alkitabiah. Pembenaran
dan pengudusan tidak bisa dipisahkan seperti itu. Seseorang tidak bisa menerima perdamaian dengan Allah dan hidup
dalam dosa; karena penolakan dosa tercakup dalam penerimaan perdamaian. Paulus
tidak pernah menganggap bahwa manusia bisa menerima satu manfaat dari
penebusan, dan menolak yang lainnya. Mereka tidak bisa menerima pengampunan dan
menolak pengudusan] - ‘I
& II Corinthians’, hal 529.
J.
C. Ryle: “I fear it is
sometimes forgotten that God has married together justification and
sanctification. They are distinct and different things, beyond question, but
one is never found without the other. All justified people are sanctified, and
all sanctified are justified. What God has joined together let no man dare to
put asunder” (= Saya takut / kuatir bahwa kadang-kadang dilupakan bahwa
Allah telah menikahkan ‘pembenaran’ dan ‘pengudusan’.
Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah 2 hal yang berbeda, tetapi yang satu
tidak pernah ada / ditemukan tanpa yang lain. Semua orang yang dibenarkan juga
dikuduskan, dan semua yang dikuduskan juga dibenarkan. Apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia)
- ‘Holiness’, hal 46.
Mari kita melihat beberapa
ayat Kitab Suci yang menunjukkan hal itu.
Yer 31:31-34 - “(31) Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah
firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum
Yehuda, (32) bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang
mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari
tanah Mesir; perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan
yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. (33) Tetapi beginilah perjanjian
yang Kuadakan dengan kaum
Yeh 36:24-27 - “(24) Aku akan menjemput kamu
dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan
membawa kamu kembali ke tanahmu. (25) Aku akan
mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.
(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh
yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras
dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan
Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala
ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
Ibr 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian
kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman:
‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu
itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati
mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi
mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan
hidup / hati yang diperbaharui, sedangkan bagian yang saya cetak miring
(ay 17) menunjukkan pengampunan dosa yang Tuhan berikan kepada orang itu.
Kitab Suci
mengajarkan bahwa pada saat seseorang dibenarkan oleh Allah, maka saat itu juga
pengudusan dirinya mulai berlangsung.
Contoh:
·
Zakheus.
Luk 19:8-10 - “(8) Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan:
‘Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan
sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali
lipat.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi
keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. (10) Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang.’”.
·
Penjahat
yang bertobat di kayu salib.
Mat 27:44 - “Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama
dengan Dia mencelaNya demikian juga”.
Mark 15:32 - “Baiklah Mesias, Raja
Luk 23:39-42 - “(39) Seorang dari penjahat yang di gantung itu
menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!’ (40) Tetapi yang
seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak
kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
(41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima
balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat
sesuatu yang salah.’ (42) Lalu ia
berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai
Raja.’”.
Dalam Mat 27:44 /
Mark 15:32 dikatakan bahwa kedua penjahat itu mencela Yesus, tetapi dalam
Luk 23:39-42 dikatakan bahwa hanya satu penjahat yang menghujat Yesus,
sedangkan yang satunya justru menegur temannya itu, dan lalu menyatakan imannya
kepada Yesus.
Kelihatannya Mat 27:44 / Mark 15:32
bertentangan dengan Luk 23:39-42, tetapi kalau kita mempercayai bahwa Alkitab
adalah Firman Tuhan, maka kita tidak boleh mempercayai adanya pertentangan yang
sungguh-sungguh dalam Alkitab. Kita harus berusaha untuk
mengharmoniskan hal-hal yang kelihatannya bertentangan, dan
‘pertentangan’ ini memang bisa dijelaskan / diharmoniskan.
Bagaimana cara mengharmoniskannya? Dengan
menafsirkan bahwa Matius dan Markus hanya menceritakan bagian awalnya,
sedangkan Lukas hanya menceritakan bagian akhirnya. Jadi,
mula-mula kedua penjahat itu mencela Yesus;
dan inilah yang diceritakan oleh Matius dan Markus (Mat 27:44 / Mark
15:32). Tetapi belakangan / akhirnya, mungkin karena melihat sikap Yesus
dalam penderitaan yang begitu berbeda dengan orang-orang lain, salah satu dari
penjahat-penjahat itu bertobat, dan yang satunya bahkan menjadi bertambah jahat
sehingga lalu menghujat Yesus, dan ini menyebabkan
penjahat yang bertobat itu menegur dia. Ini yang diceritakan oleh Lukas
(Luk 23:39-42).
Jadi, penjahat yang
bertobat itu berubah.
Ia baru bertobat, tetapi langsung sudah menunjukkan
perubahan. Kalau tadinya ia, bersama dengan penjahat yang
satunya, mencela / menghujat Kristus, maka sekarang ia membela Kristus dan
mencela penjahat satunya, yang tetap menghujat Kristus.
3) Ajaran-ajaran tersebut di atas tidak
membedakan ‘iman sejati’ dan ‘iman palsu’. Golongan 2 dan golongan 3 sama-sama dianggap beriman.
Kitab Suci jelas
menunjukkan adanya iman yang palsu.
Yoh 2:23-24 - “(23) Dan sementara Ia di
Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya,
karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24)
Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia
mengenal mereka semua”.
Luk 8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang,
yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka
itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan
mereka murtad”.
Yak 2:14,17,20,26
- “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku,
jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai
perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
... (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (20) Hai manusia
yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan
adalah iman yang kosong? ... (26) Sebab seperti tubuh
tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan
adalah mati”.
Berdasarkan
Yak 2 ini maka seharusnya kita menganggap iman dari golongan 2 itu adalah
iman yang mati / kosong / palsu. Dengan kata lain, mereka sebetulnya tidak
beriman!
4) Ajaran tersebut di atas meremehkan pertobatan
/ dosa, karena golongan 2 yang tidak bertobat dari dosa-dosanya tetap dianggap
selamat / masuk surga.
Ini jelas
bertentangan dengan Kitab Suci yang begitu menekankan pertobatan.
Gal 5:16-21 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (17) Sebab keinginan daging
berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan
daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak
melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi
jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah
hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran,
hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri
hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21)
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap
semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah”.
Ro 6:1-2,11-13 -
“(1) Jika demikian, apakah yang hendak
kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih
karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa,
bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? ... (11) Demikianlah
hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup
bagi Allah dalam Kristus Yesus. (12) Sebab itu hendaklah dosa jangan
berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti
keinginannya. (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu
kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu
kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.
Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk
menjadi senjata-senjata kebenaran”.
2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka
yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang
telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
Kis 8:22 - “Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah
kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini”.
5) Ajaran tersebut di atas memisahkan penerimaan
Yesus sebagai Juruselamat dan penerimaan Yesus sebagai Tuhan (pemilik,
penguasa) dalam hidup kita.
Kitab Suci tidak
memisahkan dua hal tersebut. Dalam pemberitaan
Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan, di
Juga penginjilan
yang dilakukan oleh rasul-rasul menekankan Yesus bukan hanya sebagai
Juruselamat tetapi juga sebagai Tuhan.
Kis 2:36 - “Jadi seluruh kaum
Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia
dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.
2Kor 4:5 - “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus
Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak
Yesus”.
Dalam Kitab Kisah Rasul yang menunjukkan
penyebaran kekristenan dan pemberitaan Injil pada abad pertama, kata ‘Juruselamat’ hanya muncul 2 x (Kis 5:31 13:23), sedangkan kata ‘Tuhan’ muncul sebanyak 92 x, kata ‘Tuhan Yesus’ muncul sebanyak 13 x, dan kata ‘Tuhan Yesus Kristus’ muncul sebanyak 6 x. Ini menunjukkan dengan
jelas bahwa dalam penginjilan, Yesus harus ditekankan sebagai ‘Tuhan’, dan bukan hanya sebagai ‘Juruselamat’.
Jadi, kalau seseorang hanya menerima Yesus
sebagai Juruselamat, tetapi tidak sebagai Tuhan, ia
sebetulnya belum merupakan orang kristen yang sejati.
Sekalipun memang ada tingkatan-tingkatan
kerohanian (bayi, dewasa, dsb), tetapi Kitab Suci tidak memberikan tembok
pemisah antara 2 golongan orang Kristen.
-AMIN-