DETIK PENDOKONG WADAH REFORMASI?
Para penyokong reformasi yang dipelopori DSAI tidak kehilangan akal dalam menyampaikan mesejnya kepada masyarakat. Lebih dari 30 halaman web di jaringan Internet dibangun oleh penyokong dan mereka yang bersimpati terhadap DSAI, lapor Kompas.
"Munculnya berbagai media alternatif seperti di Internet merupakan pengaruh dari penguasaan teknologi akibat pengembangan pendidikan besar-besaran yang dilakukan Mahathir sendiri," kata Anwar Sani, pemerhati politik dari Universiti Malaya.
Selain itu, sejak Februari lalu, salah satu media alternatif yang menguasai pasaran adalah majalah Detik. Ketika Anwar dipecat 2 September dan kemudian ditahan pada 20 September, media yang mampu memberikan berita yang berlainan dari media cetak seperti Utusan Malaysia, The New Straits Times, The Star, The Sun, adalah tabloid mingguan Harakah.
Harakah juga mengalami lonjakan jualan dari sekitar 65,000 pada bulan Jun 1998 menjadi 300,000 naskah pada akhir tahun lalu. Bahkan kini Harakah ditunggu para pembaca yang bukan hanya ahli PAS.
Dengan pelancaran majalah Detik, majalah ini menjadi tumpuan para peminat perkembangan gerakan reformasi di Malaysia. Gambar dan hiasan kulit luar majalah ini telah menunjukkan sikapnya yang pro-reformasi.
Pemimpin Redaksi Detik, Ahmad Lutfi Othman berkata,"Sebenarnya gagasan menerbitkan majalah seperti Detik ini sudah lama, jauh sebelum gerakan reformasi ini merebak," kata Lutfi yang mengaku bukan penyokong utama Anwar.
Ia menekankan dengan beberapa kakitangan dan tiga wartawan, majalah Detik bukanlah media yang merupakan 'suara' bagi Anwar. Majalah yang dipimpinnya ini, seperti juga dikatakan editor majalah iaitu, Wan Muhammad Wan Omar, ingin meniupkan angin reformasi di semua bidang terutama politik, kehakiman, sosial, undang-undang, dan terutama di dunia persuratkhabaran.
Meskipun demikian, diakuinya bahwa gelombang reformasi ini dikumandangkan oleh para penyokong Anwar dan bahkan kini oleh parti-parti pembangkangi. Dengan jualan sekitar 80,000 naskah, kos penerbitan tidak kurang RM100,000, majalah ini menjadi alternatif dari majalah berita seperti Tamaddun yang didukung PAS atau Massa oleh media pemerintah. Bahkan juga ia mampu dijadikan alternatif bacaan bagi mereka yang tidak mendapat informasi di kaca tv.
Menerbitkan majalah pro-reformasi tidak lepas dari risiko kemungkinan akan diperangkap di bawah akta hasutan. Di Malaysia media yang tak disukai pemerintah boleh diperangkap di bawah Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA) kerana mengganggu keamanan.
Sumber: Kompas
5 Mei, 1999