Program untuk Distrik-Distrik

Manatuto, Baucau, Viqueque, Lospalos, Aileu, Maubisse, Ainaro, Same dan Maliana

 

Keterlibatan distrik-distrik dalam konferensi dianggap penting sekali. Program untuk distrik-distrik dilaksanakan untuk mempermudah pembahasan di  distrik-distrik mengenai pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, dan untuk mengajak wakil-wakil dari distrik-distrik untuk menghadiri konferensi di Dili. Tujuannya adalah untuk menjalin jaringan yang kuat antara Dili dan distrik-distrik dan untuk memastikan partisipasi distrik-distrik dalam konferensi supaya hasil-hasil konferensi mencerminkan kebutuhan-kebutuhan dan isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan di Timor Lorosa`e. Hubungan yang terjalin melalui program ini akan memberikan hubungan yang penting antara Satuan Tugas untuk Pembangunan Berkelanjutan dengan distrik-istrik.

 

Program untuk Distrik-Distrik termasuk:

· Lokakarya yang dilaksanakan di lima distrik-distrik sebelum konferensi;

· Hadirnya lebih dari 25 wakil Distrik dari delapan distrik-distrik di konferensi;

· Lokakarya-lokakarya pasca konferensi.

 

Lokakarya yang berlangsung satu hari dilaksanakan di lima distrik-distrik satu minggu sebelum konferensi: di Manatuto, Baucau (termasuk wakil-wakil dari Lospalos dan Viqueque), Aileu, Maubisse (termasuk wakil-wakil dari Same dan Ainaro), dan Maliana. Kira-kira 100 peserta mengikuti lima lokakarya tersebut, dan wakil-wakil tersebut berasal dari berbagai organisasi distrik dan masyarakat.

 

Lokakarya-lokakarya diadakan oleh wakil-wakil dari kelompok-kelompok lokal. Kelompok tersebut termasuk: Yayasan Hak di Baucau, OMT di Maliana, OMT di Aileu, Yayasan Hak di Maubisse (termasuk Same dan Ainaro), dan Renetil di Maliana. Lokakarya-lokakarya memperkenalkan dan membahas kondep-konsep pembangunan berkelanjutan.

 

Setiap lokakarya dimulai dengan perkenalan konferensi, dan sejarah dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Peserta-peserta dapat membahas dan membagi pendapat mengenai lingkungan hidup dan pentingnya pembangunan berkelanjutan bagi Timor Lorosa`e. Lokakarya-lokakarya menitikberatkan perlunya memahami kondisi lingkungan hidup sekarang dan perlunya melestarikan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang. Ini termasuk pembahasan mengenai penyebab kerusakan lingkungan hidup dan bagaimana dapat memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Sebagian dari pembahasan tersebut termasuk bagaimana masyarakat dapat melestarikan lingkungan hidup dengan memakai hukum adat yang ada sekarang, dan bagaimana dapat menegakkan hukum tersebut sendiri.

 

Lokakarya-lokakarya menitikberatkan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pelaksanaan program-program dan kebijakan-kebijakan, dan perlunya tindakan supaya dapat meningkatkan kondisi lingkungan hidup.

 

Lokakarya-lokakarya sebelum konferensi ditanggapi dengan baik oleh peserta-peserta karena lokakarya-lokakarya tersebut merupakan pertama kali lokakarya lingkungan hidup dan pembangunan dilaksanakan di distrik-distrik.

 

Isu-isu prioritas ditentukan oleh setiap lokakarya. Isu-isu yang ditentukan oleh setiap distrik ditulis di bawah. Supaya memastikan bahwa isu-isu tersebut dibahas di konferensi, dan hasil-hasil koferensi dibawa kembali ke masyarakat, setiap lokakarya memilih satu wakil untuk menghadiri konferensi. Wakil yang dipilih itu mengikuti perjalanan ke Dili dan mengikut serta dalam konferensi selama satu minggu berjalannya konferensi. Mereka disediakan uang untuk ongkos perjalanan, makanan, dan penginapan.

 

Lebih dari 25 wakil distrik hadir di konferensi. Sedangkan lokakarya-lokakarya sebelum konferensi menjamin partisipasi distrik-distrik tersebut, peserta-peserta juga diajak dari Distrik-distrik lain. Hampir semua distrik terwakil di konferensi.

 

Selama konferensi, wakil-wakil distrik mengadakan pertemuan untuk membahas pengalaman, ide-ide, dan isu-isu spesifik mereka. Pada hari terakhir konferensi, wakil distrik Francisco dos Santos dari Radio Communicade dari Lospalos, membuat presentasi mengenai isu-isu yang merupakan masalah bagi distrik-distrik.

 

Masalah-masalah yang ditentukan oleh wakil-wakil distrik berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan. Pendidikan merupakan prioritas bagi distrik-distrik, dimana sekolah-sekolah tidak mempunyai fasilitas-fasilitas pokok, jangankan fasilitas-fasilitas lain. Sebagai contoh, sebagian besar pelajar masih terpaksa duduk di lantai dalam ruang kelasnya. Hanya ada satu universitas di Timor Lorosa`e, maka akses ke pendidikan bagi pemuda-pemudi pedesaan sangat terbatas. Diharapkan bahwa universitas-universitas dapat didirikan di distrik-distrik.

 

Selain pendidkan, keseshatan dianggap sebagai masalah utama bagi distrik-distrik. Semua orang di distrik-distrik (khususnya di pedesaan) tidak mempunyai fasilitas kesehatan yang memadai. Beberapa desa sangat terpelosok, tanpa akses untuk kendaraan, maka pelayanan kedokteran tidak dapat sampai pada mereka. Pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit tidak memadai, dan di beberapa distrik, misalnya Viqueque, tidak ada rumah sakit. Ada kekurangan staf kesehatan, dan jumlah staf yang ada sangat tergantung pada para sukarelawan. Walaupun ada masalah-masalah lain  di distrik-distrik yang dianggap penting, seperti penggundulan hutan, pendidikan dan kesehatan dianggap dua isu yang paling penting.

 

Setelah presentasi wakil distrik pada hari terakhir konferensi, kesimpulan hasil-hasil lokakarya, rekomendasi-rekomendasi dan usulan untuk Satuan Tugas untuk Pembangunan Berkelanjutan disampaikan dan dibahas. Semua dokumen tersebut didukung oleh peserta-peserta konferensi.  Peserta-peserta menerima informasi konsep hasil-hasil konferensi dan hasil-hasil lokakarya. Mereka dapat membawa hasil-hasil konferensi ke masyarakat mereka sendiri.

 

Lokakarya-lokakarya pasca konferensi

Lokakarya-lokakarya pasca konferensi dilaksanakan di Distrik-distrik untuk membahas hasil-hasil konferensi dan untuk menjamin bahwa Satuan Tugas untuk Pembangunan Berkelanjutan mempunyai hubungan dengan distrik-distrik  dari awal. Lokakarya-Lokakarya membahas bagaimana hubungan dapat dipelihara. Disetujui oleh peserta-peserta lokakarya bahwa seharusnya ada perwakilan dari setiap distrik di Satuan Tugas. Akan tetapi, perwakilan tersebut seharusnya netral. Anggota-anggota Satuan Tugas dari distrik-distrik seharusnya tidak mewakili partai politik, bisnis, atau kepentingan-kepentingan lain. Lokakarya-lokakarya menentukan satu orang yang dapat dihubungi dari setiap distrik sementara Satuan Tugas masih didirikan.

 

Lokakarya-lokakarya juga membahas terbentuknya kelompok-kelompok lingkungan hidup untuk bekerja menyelesaikan masalah-masalah lingkungan hidup di tingkat lokal dan nasional. Dengan waktu, kelompok-kelompok tersebut mungkin dapat mendirikan pusat-pusat lingkungan hidup. Direncanakan bahwa persekutuan peminat-peminat lingkungan hidup akan dibentuk antara kelompok-kelompok bagian Timor di Baucau, Lospalos dan Viqueque. Peserta-peserta lokakarya di Maliana merekomendasikan terbentuknya gabungan lingkungan hidup dan kelompok-kelompok di Maliana sudah mengucapkan tanggung jawabnya atas terbentuknya gabungan tersebut.

 

Suatu hasil konferensi yang sangat menyenangkan adalah cerita yang diceritakan oleh salah satu peserta konferensi di lokakarya pasca konferensi di Maliana. Setelah kembali ke Maliana setelah konferensi, dia menceritakan hasil-hasil konferensi kepada murid-muridnya di sekolah, sampai murid-muridnya itu memutuskan untuk bertindak. Semangat murid-murid itu dibangkitkan sampai mereka menanam pohon: mereka menanam dua hektar pohon jati di pinggiran Maliana.

 

Sedangkan inisiatif-inisiatif tersebut memang dapat mencapai banyak, tidak mengherankan bahwa program untuk distrik-distrik menentukan keperluan atas sumber daya dan pembiayaan untuk pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup di distrik-distrik.

 

Isu-isu yang diprioritaskan oleh peserta-peserta lokakarya-lokakarya di distrik-distrik adalah sebagai berikut:

 

Isu-isu prioritas lingkungan hidup di Distrik-Distrik

 

Distrik Maubisse:

· Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup yang menyusul (disebabkan oleh penggundulan hutan dan pemakaian bahan kimia untuk pertanian);

· Perlindungan hutan-hutan asli yang masih ada di bagian pantai selatan;

· Sistem-sistem pengelolaan limbah.

 

Distrik Baucau:

· Perubahan iklim;

· Hak penebangan hutan. Kebijakan pemerintah yang memperbolehkan penebangan hutan menyebabkan kerusakan lingkungan hidup secara luas yang paling besar;

· Sistem pembuatan kebijakan yang bersifat dari atas ke bawah tanpa keterlibatan masyarakat;

· Pendidikan

 

Distrik Maliana

· Membatasi pemakaian bahan kimia untuk pertanian dengan mencari cara\bahan lain yang melindungi lingkungan alam;

· Perlindungan sumber daya alam;

· Penghutanan kembali (reboisasi) sangat penting karena efek pertanian berpindah dan penggembalaan yang tidak sah;

· Deboisasi dan pembersihan tanah yang dikarenakan oleh sistem hukum yang lemah, dan tidak adanya pengetahuan mengenai hukum adat.

 

Distrik Aileu:

· Kebijakan-kebijakan pemerintah merupakan kesempatan paling besar untuk kerusakan lingkungan hidup;

· Perlunya pendidikan mengenai lingkungan hidup dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah (baik SD maupun SMP\SMA);

· Perencanaan perkotaan diperlukan dan keputusan-keputusan perlu diambil terhadap letaknya industri. Sistem pengelolaan limbah harus mencerminkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dan pemakaian sumber daya alam harus sesuai dengan kapasitas sistem-sistem alam;

· Perlindungan dan pelestarian sumber daya alam;

· Terlarangnya impor limbah;

· Pembangunan ekonomi tidak boleh mengorbankan lingkungan hidup karena sistem alam tidak dapat mendukung eksploitasi jangka panjang;

· Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

 

Distrik Manatuto:

· Penggundulan hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup;

· Pemerintah tidak menanggapi hukum adat yang sudah ada dalam masyarakat dan yang secara tidak langsung dapat melindungi lingkungan hidup;

· Sistem-sistem pengelolaan limbah;

· Penggembalaan secara tidak sah;

· Pemakaian bahan-bahan kimia untuk menangkap ikan;

· Perubahan iklim\pemanasan bumi.

 

Keberlanjutan jangka panjang

Hasil-hasil konferensi menunjukkan keinginan kuat dan kebutuhan atas partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program pembangunan. Masyarakat-masyarakat yang terlibat dalam lokakarya-lokakarya pembangunan berkelanjutan mengutamakan isu-isu penting kerusakan lingkungan hidup, perlunya kebijakan-kebijakan yang transparan, dan perlunya pendidikan mengenai lingkungan hidup. Ada keperluan untuk pertanggung jawaban terhadap pendidikan, sebagai bagian dari proses pengembangan kesadaran dan penguatan masyarakat. Pendidikan masyarakat sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan. Pendidikan tersebut tergantung pada penyebaran informasi secara setara antara masyarakat distrik dan Pusat, dan juga tergantng pada pengembangan fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan secara luas.

 

Buku laporan konferensi ini akan disebarkan ke semua distrik-distrik. Semoga buku ini berguna untuk pendidikan dan perencanaan pembangunan di daerah pedesaan Timor Lorosa’e.