SETELAH MEMBUAT PERUTNYA GENDUT SEPERTI WANITA HAMIL DENGAN MENGIKATKAN SEPOTONG KAYU, CINCA MENFITNAH DI TENGAH-TENGAH BANYAK ORANG
Waktu itu kemashuran Sang Buddha mencapai titik tertinggi dan waktu itu pula golongan pertapa yang merasa terdesak hebat, berusaha untuk menjatuhkan nama Sang Buddha dengan menggunakan seorang wanita bernama Cinca-manavika yang melancarkan fitnahan keji terhadap Sang Buddha. Kisahnya adalah sebagai berikut:
Para pertapa dari golongan paribbajika merasa sangat terdesak dengan adanya Sang Buddha yang makin lama makin mashur namanya. Karena itu, mereka merencanakan satu tipu muslihat untuk menjatuhkan nama Sang Buddha dengan menggunakan Cinca sebagai umpan. Cinca adalah seorang wanita cantik yang banyak akalnya. Wanita ini dibujuk oleh para pertapa dari golongan paribbajika untuk pura-pura mengunjungi Sang Buddha di Vihara Jetavana.
Pada suatu malam Cinca pergi ke vihara Jetavana dan sengaja berjalan di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh khalayak ramai. Malam itu ia tidur di emper vihara dekat kamar Sang Buddha. Pagi harinya ia berjalan meninggalkan vihara dengan juga dilihat oleh banyak orang. Ketika ditanya Cinca menjawab bahwa ia tadi malam tidur bersama-sama Sang Buddha.
Beberapa bulan kemudian dengan berpura-pura hamil (ia mengikat sepotong kayu di bagian perutnya) Cinca pergi mengunjungi Sang Buddha yang sedang berkhotbah di hadapan umat. Ketika itulah Cinca dengan tiba-tiba membuat onar dengan menuduh Sang Buddha sebagai orang yang tidak bertanggung jawab dan tebal muka, karena tidak mau memberi bekal untuk persalinannya.
Mendengar tuduhan itu Sang Buddha tidak berkata apa-apa dan hanya diam saja. Tetapi Dewa Saka menjadi marah sekali. Beliau memerintahkan seekor tikus untuk mengigit tali yang mengikat kayu di sekitar perut Cinca.
Tali itu putus dan kayu menimpa jari kaki Cinca hingga terluka. Khalayak ramai lalu menyeretnya keluar vihara. Waktu kakinya menginjak tanah di luar pagar vihara, kakinya terus amblas dan seluruh badannya masuk ke tanah untuk kemudian masuk ke neraka.
Waktu Sang Buddha kemudian ditanya, mengapa Beliau sampai mendapat fitnahan seperti itu, Beliau menerangkan, bahwa itu adalah akibat dari perbuatan-Nya juga, yaitu, bahwa salah satu penghidupannya yang lampau Beliau pernah mencaci-maki seorang Pacceka Buddha. Ini adalah akibat dari perbuatan-Nya yang tersebut diatas.