"TERLANJUR MELACUR”
Tertatih tatih, Ratih
melangkah Selangkangannya perih, baju kuningnya bernoda
darah Di Polsek Sido Rukun, pengaduannya direkam Mengaku
diperkosa bajing jalanan.
Petugas Piket Kopral Jumadi, Di
suguh kopi warung kagetan melek Ketikannya berdetak detek, bagai
perahu sampan getek Pinggir kali desa kami, Memang rejeki,
Mas Jumadi.
Kini Ratih tak perlu takut Jumadi manut siap
selalu, membantu, Alih menjadi pacarnya Ratih. Jumadi senang,
ratih Senang, Siapa lagi bisa melarang?
Apa komandan dapat
bagian? Kata kodok, tentu..tentu..! Ratih sih cewek serba
guna, luwes, lagi seksi Siap menyangga demo n' terasi Jelasnya
Ratih bisa dipakai Bisa di gadai Kalau perlu jadi
bangkai.
Ratih, Ngintel n' nglacur Waria ngawur dilatih
tempur begitupun .... Ratih Idola kaum bangsawan Tetap
jalan.
Vancouver, 28 Desember 1998 Robin Karo
Karo. -------------------------------------------------------
"NEGERIKU ANEH TAPI NYATA"
Tujuh belas
ribu nusa diantara dua samudra raya Alam makmur, bumi subur, air
melimpah ruah, cahaya mentari setia selalu Orangnya ramah,
menjunjung tinggi adat budaya budi bahasa Tanah airku
Indonesia. Mutiara teruntai di khatulistiwa
Hutan
belantara paru paru dunia Aneka flora fauna ragam nan tiada
duanya Perut bumi mengandung tambang pusaka Emas perak
tembaga, gas minyak dan batubara, dasar laut
bermutiara.
Keharumannya menyerbak keseantero persada
buana Datanglah saudagar Arab dan Cina, Portugal dan
Belanda Menjadi sahabat sultan dan raja, membawa upeti dan
cendera mata Indonesia kaya raya, sahabat semua
bangsa.
Angin bertiup, nyiur melambai di pantai Gunung
biru menjulang, Volkano terkadang berkembang api
meradang Berlaksa bintang menghias langit malam Awan berarak
hiasan sutra dewi kayangan Indahnya Indonesia
Sepanjang
abad sepanjang tahun, anak negeri bercocok tanam Nelayan melaut
di buai sepoi angin tenggara Hidup rukun, berkelimpahan Dan
tenteram.
Kemudian datanglah kemarau panjang Hutan
terbakar, asap mengepul sampai ke semenanjung Garuda tersungkur
di desa Buah Nabar, kampung halamanku Tafakur, ku renung ... ah,.
Musibah.
Bersamaan kemarau, resessi melanda asia
tenggara Rupiah jadi payah, pasar modal lebih modar Rakyat
kecil jadi tumbal Yang pembesar pastilah kebal.
Cincin
cincin perpisahan utusan utusan rakyat negeri Sampai hati
kadarnya tak murni, timbangannya curang? Menara buruh menjulang,
uang keringat pekerja di tilep lagi, berlaksa laksa, katanya
demi pekerja, undang undang memasung buruh? Tak berkaitan
Tanah Abang pun rusuh.
Di hutan jati, di gardu polisi,
tergantung jasad pencuri sekeping papan Darah udin di labuh ke
laut selatan, menghapus jejak kekejaman. Belum cukupkah Marsinah?
Tabungan keping demi keping kini tergunting,
inflasi. PHK, Pengangguran, penjarahan, berita tiap
hari. petani dan pegawai semua lemah lunglai, Berlarut,
berlarut, jangan tanya kapan selesai.
Vancouver,
22/11/97 Robin
Sitepu. -------------------------------------------------------
"PAH...PAH..PAH-LAWAN KU"
Merah putih
berkibar, Sangsaka dwi warna. Pahlawanku tak gentar, Di
semua arena.
Abdi rakyat, abdi negara Abri hebat, serba
bisa, kapan saja Siap tempur, pantang mundur, titah
Panglima Sabda Utama.
Pusaramu 'lah sedia di
Kalibata Seragammu bukti nyata 'kan setia. Kini kau ingkari
dengan dalih dwi fungsi Tak lagi buat Ibu pertiwi, tapi.. anak
istri.
Sangkur di pinggang, senapan di bahu Baju hijau mu
menyaru alam sekitar Perisai negeri, benteng nusantara, pelindung
bangsa Ku tak paham, mengapa kau hadang Suara
Ku.
Pah,...Pah,...Sumpah,... Masihkah kau
berani, Mengaku Pah,...Pah...Pahlawan
Ku? Pah,..Pah,..Sumpah,..Kau kini... Lawan Ku!
Vancouver, 6 Januari 99 Robin Karo Karo
"Berita Tanah Air",
Indonesian Newspapers Plus HOT LINKS Email Penulis: sitepu@yahoo.com
WANNA SEE MY PICTURE??
Have someting to tell?Poems OR other thing??Share it with US
Back To the MAIN Page
|