Amedha


Berawal dari beberapa orang melakukan praktek Atthasila bersama-sama pada bulan Agustus 1996 di Cetiya Karuna Dipa, Surabaya,dari situ berkembanglah kegiatan yang sekarang terkenal dengan sebutan AMEDHA.

Amedha merupakan singkatan dari Atthasila, Meditasi dan dhammadesana. Kegiatan yang dilaksanakan setiap hari Rabu petang(pukul 18.30 WIB) ini, memberikan wadah bagi mereka yang ingin mempraktekkan Dhamma dan selalu ingin terus berkembang di jalur Buddha Dhamma.

Rangkaian acara tersebut adalah:


Membacakan Paritta Namakara Gatha , Vandana, Tisarana , Atthasila , Karaniya Metta / Manggala Sutta , Brahmavihara Pharana / Abhinha-paccavekkhana. Selama 1 jam bermeditasi dengan objek Anapanasati dilanjutkan dengan Metta Bhavana selama 10 menit. Pembahasan meditasi yang baru saja dilakukan. Dhammadesana / sharing , diisi oleh 4 orang dengan waktu maksimal 15 menit. Meditasi penutup selama 15-20 menit dengan objek Anapanasati dan ditutup dengan Metta Bhavana. Namakara Gatha , merupakan penutup acara Amedha.

Seorang leader memandu acara ini , dimana leader harus mampu mengarahkan dan harus selalu siap dengan materi Dhammadesana atau sharing untuk mengisi waktu yang kosong bila tidak ada peserta yang sharing atau Dhammadesana.

Sebelum meditasi dimulai selalu diberikan pengarahan mengenai pola pikir, sikap mental dan teknik yang perlu dikembangkan selama bermeditasi.Setelah sharing atau Dhammadesana selesai,leader membahas mengenai materi dan cara pembawaan Dhammadesana yang dibawakan oleh peserta.

Semangat yang hendak dikembangkan dalam diri peserta


  1. Metta, semangat untuk memberi.
  2. Diharapkan setelah mendapat manfaat dari praktek Dhamma, peserta mau membagikan manfaat tersebut kepada orang lain baik berupa sharing, Dhammadesana maupun menjadi seorang leader.Semangat memberi ini harus ditunjang pengertian bahwa masih banyak umat kita yang perlu arah dan teman dalam mempelajari serta mempraktekkan Dhamma.

  3. Mudita Citta dan kerendahan hati.
  4. Diharapkan peserta (sebagai pendengar) bisa membuka hati untuk mendengar apa yang disampaikan oleh peserta lain yang membawakan Dhammadesana. Tanpa memandang siapa yang berbicara, berapa usianya.Tapi kita ambil apa makna yang disampaikannya.Mudita Citta dan kerendahan hati yang hendak dikembangkan harus ditunjang pengertian dan kesadaran bahwa kita juga masih banyak kelemahan dan kekotoran batin.Bila suatu saat timbul rasa tidak menghargai atas usaha orang lain segera kita harus menyadari bahwa itulah kelemahan kita yang harus kita atasi.Kita harus sadari bahwa tinggi rendahnya kemajuan seseorang dalam Dhamma bukan dilihat dari seberapa lama dia belajar Buddha Dhamma ataupun seberapa banyak dia mengetahui akan Buddha Dhamma tapi seberapa kuat dia mampu mengatasi kelemahan dan kekotoran batinnya.

  5. Disiplin dan kontrol diri.
  6. Peserta ditekankan untuk datang tepat pada waktu yang telah dijadwalkan.Selama berlangsungnya acara, peserta tidak berisik. Harus menjaga ketenangan dalam ruangan.Seperti tidak membuka-buka buku, berbicara, berbisik, menggerakan anggota badan hingga menimbulkan suara. Terutama dalam meditasi dan dhammadesana. Ini bertujuan agar peserta menunjukkan kepekaan dan rasa hormat dengan menghargai kepada pembicara di depan dan juga tidak mengganggu konsentrasi peserta lainnya.

  7. Keberanian dan rasa percaya diri.
  8. Keberanian dan rasa percaya diri untuk berbicara di depan orang banyak merupakan modal yang perlu dimiliki untuk menunjang kemajuan seseorang baik dalam Dhamma maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan mengembangkan keempat hal di atas diharapkan banyak manfaat yang bisa didapat oleh peserta Amedha.Beberapa manfaat yang didapat antara lain : bertambahnya kemampuan untuk dhammadesana dan sharing , bertambahnya keberanian dan rasa percaya diri, bertambahnya disiplin dan kontrol diri, dan bertambahnya kepekaan dan pemahaman Dhamma.Dengan hasil yang diperoleh oleh peserta diharapkan dapat dikontribusikan secara lebih optimal di vihara-vihara maupun dalam organisasi masing-masing.

Selain itu akan memberikan dorongan mengikuti praktek-praktek yang lebih intensif seperti Silacarini, Pabbaja Samanera dan kursus-kursus vippasana. Amedha menuntun kita untuk selalu hidup bergandengan dengan Dhamma.Sekali dalam seminggu batin kita dibasuh agar tetap merasa sejuk.Dibasuh oleh praktek atthasila,meditasi dan dhammadesana.

Saddha


Kebutuhan akan acara rutin yang sifatnya lebih kontemporer tetapi masih bersifat praktek Dhamma mulai diperlukan. Maka sekitar November 1997 lahir kegiatan Saddha. Isi acara Saddha sebagai berikut :

Menyanyikan lagu-lagu Buddhis. Perenungan Brahmaviharaparana. Meditasi diiringi musik-musik selama selama 15-20 menit. Perenungan ayat-ayat Dhammapada. Sharing. Perenungan penutup ( instrospeksi diri ). Menyanyikan lagu-lagu Buddhis.

Acara ini mengandung dasar latihan meditasi, perenungan(kontemplasi), dan dhammadesana. Dengan pertemuan dan acara semacam ini para peserta diharapkan tergerak untuk mendapat latihan yang lebih dalam dan intensif. Dan yang terpenting semangat kebersamaan, interaksi, instrospeksi dalam mempraktekkan dan mengembangkan Buddha Dhamma.

Saddha dan Amedha diharapakan bisa menjadi jembatan dalam mempelajari dan mempraktekkan Dhamma secara rutin, sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan pribadi masing-masing.Dan bila memungkinkan kegiatan ini bisa menjadi salah satu cara untuk mengkondisikan tercetaknya dhammaduta-dhammaduta yang sadar akan manfaat Dhamma dan tanpa pamrih pribadi mau menyumbangkan tenaganya untuk perkembangan Buddha Dhamma.