'Futur
Jama'i'
dan Kejayaan Islam
Sekiranya
seruan ini dapat menjelma menjadi angin, biarlah ia menembus ke setiap
hati para pejuang, menelusup kedalam bagian yanng paling putih, menjaganya
supaya tetap bersih dan suci. Agar senantiasa hadir keperkasaan. Yang
senantiasa mampu menentang kelemahan. Supaya senantiasa mampu menentang
kelemahan. Supaya senantiasa tertorehkan catatan emas. Hingga senantiasa
jaya, Islam dan kaum Muslimin.
(Dari hati yang senantiasa risau dengan kerisauan)
Dalam Risalah pergerakan jilid 1, As-yahid,
As-yahhid Hasan Al-banna menklasifikan sook pemuda menjadi dua kelompok
Kelompok pertama adalah sekelompk pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa
yang dingin dan tenang. Kekuasaan pemrintah telah tertanam kuat dan
kemamkmuran telah dilaksanakan oleh rakyatnya. Sehingga aktiitas pemuda
tersebut telah dirasakan oleh rakyatnya. Sehingga aktivitas pemuda tersebut
lebih banyak tertuju kepada dirinya sendiri daripda umatnya. Dia pun
snderung bermain-main dan berhura-hura karena merasa tenang jiwanya
dan lega hatinya.
Kelompok kedua adalah pemuda yang tumbuh dalam suasana bangsa yang keras
dan bergejolak. Kondisi bangsa sedang dikuasai oleh lawannya dan dalam
semua uusan diperbudak oleh musuhnya. Bangsa ini berjuang semampunya
utuk mengembalikan hak yang dirampas, taag air yang terjajah, dan kebebasan,
kemuliaan, serta nilai-nilai agung yang hilang. Kondisi itu menyebabkan
lahirnya kesadaran untuk berbuat lebih banyak unutk bangsa daripada
untuk dirinya sendiri. Jika ia lakukan hal itu maka ia akan beruntung
dengan mendapatkan kebaikan segera di medan kemenangan dan kebaikan
yang tertunda beruppa pahala dari Allah.
Kedalam kelompok manakah kita menggolongkan diri kita. kelomopok pertama
ataukah kelompok yang kedua. permasalahannya adalah pernyataan tersebut
tidak mampu dijaga dengan kesadaran akan tuntutan yang harus dipenuhi.
keterlibatan kita dalam pusaran dakwah seolah bagaikan benda yang terapung
pada aliran sungai. Akhirnya kondisi kita dalam aktifitas dakwah selalu
dalam kondisi pas-pasan. Asalkan tidak tersangkut atau terlempar dari
aliran dakwah, cukuplah.
Mungkin tidak semua, namun ketika kelemahan diri selalu di toleransi
dengan alasan manusiawi, maka termasuk didalamnya. Mungkin perlu perenungan
bahwa seringkali kita berlaru-larut dalam kelemahan. memasuki hari dengan
minim persiapan. Lalai dalam mengkoordinasikan diri. dan cukup puas
dengan apa yang sudah dicapai. Hal itu untuk melihat bahwa sesungguhnya
apa yang bisa kita lakukan jauh lebih besar dari yang telah kita lakukan.
Namun apa yang kita kesiapan kita untuk berbuat lebih besar terlalu
kecil dan sederhana.
Lihatlah bahwa ternyata tidak sedikit permasalahan - permasalahan organisasi
dakwah justru lahir dari dalam. Sengketa komunikasi menyebabkan lahirnya
penyakit hati, entah berupa perasaan tidak enakan sampai kepermasalahan
fitnah interaksi. Buruknya amal jama'i seolah penyakit kronis yang selalu
timbul setiap massa. Bahkan lebih paah terjebak kedalam orintasi yang
lemah, sehingga berputar dalam da'wah yang hambar dan monoton. dalam
skala kecil, ini bisa kita istilahkan futur jama'i. Futur jama'i tidak
diartikan bahwa seluruh aktivitasnya berada dalam keadaan futur. Melainkan
lebih dimaksudkan untuk suasana dan kondisi dakwah yang tidak sehat
pada suatu kelompok atau organisasi dakwah.
Bisa jadi diantara mereka ada yang sangat sehat keimanannya, namun hal
itu tidak mampu memnoengaruhi kondisi lingkungannya. Yang terlihat seolah-olah
setiap aggotanya menyumbang kesalahan dan kelemahan sehingga turut andil
dalam melemahkan kondisi jama'ah. inilah yang segera perlu dibenahi,
jika kita ingin menggolongkan diri kita ke dalam golongan yang kedua.
Kesadaran yang dapat menguatkan kondisi keimanan secara jama'i harus
tetap di jaga.
Apa saja yang disekitar kita, ulai dari sekedar informasi, pengaturan
ruang, bahkan pesan-pesan tertulis dimading dan buku-buku pesan. Semuanyya
harus diarahkan ke target pengkondisian ruhhiyah dan fikiriah.
Kita berharap bahwa keimanan kita adalah keimanan yang hidup. Yang menjelma
menjadi semangat besat yang mampu mengarahkan semua kelemahan dan ketidak
berdayaan. Keimanan yang melahirkan ekspresi perkasa, Menbuat orang
percaya bahwa dengannya kita mampu menghancurkan gunung, mengarungi
lautan dan melintasi lautan, dan melintasi seluruh bahaya yang menantang
kita sampai jelas Islam ini menang bersama kita dan kita menang bersamanya.
Inilah pekerjaan-pekerjaan besar kita. Memperluas pengaruh keimanan
tersebut, agar senakin banyak umat ini yang memiliki iman-iman yang
hidup. Iman yang mendorong mereka secara sadar tunduk patuh pada ketetapan
Allah dalam kehidupan ini. Sekecil apapun usaha kita ke arah sana, maka
ia adalah bagian yang penting untuk melengkapi kebutuhan perjuangan
yang kita bangun dengan berjama'ah. Mungkin kita perlu mema'nai kembali
tetes-tetes keringat dan guratan-guratan yang ada pada diri kita. Bahwa
itu semua adalah prestasi-prestasi kita yang harus kita hargai. Semua
itu adalah instrumen-instrumen penting dari sebuah kata yang tidak sederhana
ya'itu PERJUANGAN !!!
Tentunya setelah kesadaran itu hadir idak perlu lagi kelemahan dan keterlenaan.
Dan futur pun baik secara pibadi maupun jama'i hanyalah sekedar sa'at
unutk beristirahat karena setelah itu karya besar siap ditorehkan, merampungkan
perjuangan, Menggapai kejayaan Islam. Wallahu a'lam bis showwab.