Kejuaraan
Karate AUKO
- Mereka
Minta Dipertahankan
Jikalau
menilik hasil akhir yang dicapai 12 karateka Indonesia di
ajang kejuaraan karate AUKO, Singapura, yang berakhir Jumat
(3/12) lalu, jelas tergambar penurunan prestasi ketimbang
ajang serupa tahun lalu di Taiwan.
Dua medali emas yang dihasilkan di Taiwan tidak
sebanding dengan tiga perak dan tiga perunggu di Singapura.
Meskipun
demikian, ada sebuah kebanggaan dan torehan sejarah yang
dicatat para karateka Merah Putih pada kejuaraan tingkat
Asia itu, terutama di nomor kumite putra.
Untuk pertama kalinya, di kumite beregu putra, mereka
mampu mempecundangi tim Iran, yang selama ini kekuatannya
sangat disegani, di penentuan juara pool.
"Jika
sebelumnya kita berada di nomor tiga di bawah Jepang dan
Iran, kini dengan hasil di Singapura itu, kita bisa klaim
bahwa di tingakat Asia, Indonesia berada di bawah Jepang.
Ini sejarah," ujar pelatih M. Gusti. Oleh
sebab itulah atas nama sejarah pula.
M. Gusti menyatakan bahwa sebaiknya PB FORKI
mempertahankan 12 karateka itu dalam pelatnas jangka
panjang.
"Ini
usulan saya, sebab saya melihat negara-negara lain seperti
Jepang atau Iran serta Malaysia, masih mempergunakan
karateka lamanya saat bertanding di Singapura lalu, bahkan
Malaysia masih memakai atlet eks SEAG '97,"tambahnya.
Benahi
Kekurangan
Tak
hanya mempertahankan atlet yang sudah matang itu, Gusti juga
mengusulkan adanya penambahan para atlet muda berpotensi
yang berlatih bersama atlet seniornya. Di
luar itu, penambahan program latihan makro bagi para
karateka senior juga harus diperhatuikan lebih serius.
Penambahan ini tak hanya menyangkut soal teknis semata oleh
PB FORKI diatasi dengan seringnya mendatangkan pelatih asal
Jepang, Masao Kagawa, untuk latihan singkat selama seminggu
tapi soal fisik juga harus diperhatikan.
"Dari
segi kualitas, saya bisa bersaing. Hanya saja sewaktu
bertanding di Singapura alu hingga final, saya merasa fisik
cepat habis. Saya berjanji akan memperkuat sektor itu,"
ujar Novilus Yoku yang meraih perak di kumite kelas bebas.
(Bola,
Selasa 7 Desember 1999)
|