Suffering Servant in Isaiah 53
Daniel Santoso
Salah satu sumbangan teologis terpenting dari kitab Yesaya adalah hamba Tuhan . ( Yes 42 53 ). Tetapi
perdebatan besar terjadi pada saat mereka mencoba untuk mengenali siapakah hamba Tuhan yang dimaksudkan ? Israel, Yesaya,
Koresy ? Apakah masing-masing hamba Tuhan dalam Yesaya 42-53 adalah figur yang sama?
Bagi orang Yahudi, pada awalnya Israel
adalah hamba. ( Yesaya 41:8-9 ). Tujuan seorang hamba adalah melakukan kehendak tuannya dan Israel dipilih untuk melakukan
kehendak Allah untuk : menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa ( Yes 42:1 ) dan menjadi terang untuk bangsa-bangsa
( Yes 42:24 ).
Dalam Yesaya 49:1-6, Yakub dan hamba-Ku Israel
yang dibentuk sejak dari kandungan untuk menjadi hamba Allah untuk menegakkan suku-suku Yakub disini lebih mengarahkan kepada
nabi itu sendiri.
Dalam Yesaya 52-53, muncul hamba Tuhan, Kita sekalian
sesat seperti domba tetapi Tuhan telah menimpakannya kejahatan kita sekalian ( Yes 53:6 ). Disini akhirnya mengharuskan
kita untuk menafsirkan bahwa hamba itu bukanlah Israel, nabi yang disebut Israel tetapi The True Israel. Tetapi
sayangnya orang Yahudi kurang memahami apa yang kita bicarakan mengenai The True Israel. Orang Yahudi masih mempercayai penafsiran
bahwa Yesaya 53 menceritakan kehidupan orang Yahudi secara collectively ( komunitas ) dan bukan individual. Mengapa mereka
menganggap demikian ? Kehidupan sebagai orang Yahudi sepanjang sejarah mengalami problem of pain ( istilah dari C.S Lewis
).
Salah satu tokohnya adalah Emmanuel Levinas. Jika
kita melihat dasar pemikiran filosofis dari Levinas :
1. Tradisi Yahudi pembantaian kaum Yahudi ( tahun 70SM & Holocaust ). Semua kepahitan
rasial itu cukup membuatnya mempertanyakan sebenarnya dimana Allah saat semua kekejiaan itu terjadi ? Dimana Allah saat kaum
Yahudi harus mati di dalam suatu camp konsentrasi hanya karena identitas diri mereka ? Mengapa semuanya seakan-akan tidak
adil bagi dirinya, bagian dari kaum Yahudi.
2. Pendekatan Fenomenologis ia banyak dipengaruhi oleh Edmund Husserl dan Martin Heidegger.
3. Seluruh Filsafat Barat dari Plato hingga Heidegger. Disini bagi Levinas, filsafat Barat
mengejar totalitas yaitu menjadikan diri sebagai pusat. ( Karena bertolak dari aku dan kembali bagi aku Kalau istilah
dari Descartes adalah cogito ergo sum, menurut bahasa Levinas : The Philosophy of the same ). Bagi Levinas,
totalitas yang benar hanya didapatkan bila diri telah berjumpa dengan wajah diri orang lain. Jadi
baginya subyek menjadi subyek karena subyek bertanggungjawab akan orang lain. Dari konteks Yesaya 53, Ia melihat diri
harus bertanggungjawab bukan atas apa yang tidak saya perbuat malah apa yang diperbuat orang kepada saya. Ia melihat dirinya
sebagai hamba Tuhan yang menderita bagi orang lain. Kenapa Levinas punya pemikiran seperti tersebut ? Saya melihat dirinya
banyak dipengaruhi oleh Doestoyski ( Setiap orang diantara kita bersalah terhadap orang lain dan saya lebih bersalah dari
siapapun ) dan Paul Celan ( aku adalah engkau apabila aku adalah aku ). Bagi saya ia sudah mengembang suatu
konsep respondeo ergo sum yang humanis.
Dalam Yesaya 53 diperlihatkan suatu realita bahwa hamba yang
menderita itu bukan Levinas, bukan Israel, bukan nabi Yesaya. Lalu siapa The True Israel ? Tuhan Yesus Kristus ! Kisah 8 :
35. Saat sida-sida dari Ethiopia bertanya kepada Filipus mengenai domba yang dibawa ke pembantaian, Filipus mulai dari ayat
tersebut menyatakan Yesus Kristus.
Yesaya
bernubuat melalui hamba Tuhan yang sabar dan rela menderita ini banyak orang diampuni, dibenarkan, ditebus, disembuhkan, dikuatkan
sehingga penderitaanNya bukan kegagalan tetapi menyatakan keagungan dan kemuliaanNya. Ia menderita menanggung penyakit
kita dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh ( menerima anugerah keselamatan ).
Bagaimana kita sebagai hamba Tuhan ? Seringkali sedikit
sekali penderitaan membuat kita merasakan kecewa kepada Tuhan. A Grief Observed, sebuah karya C.S Lewis, memberikan kekuatan
kepada saya melalui sebuah statement yang sederhana tetap cukup memukul setiap kita. C.S Lewis kehilangan
istri yang paling ia cintai, ia merasakan kekosongan dalam hati yang sangat mendalam, ia mengatakan bahwa seringkali saat
kita mengalami penderitaan, sepertinya Allah bagian dari problem bukan solusi sehingga kita kecewa kepada Dia, tetapi sejujurnya
saat kita bahagia, kita tidak mempedulikanNya. Saat kita bingung, Pergilah kepadaNya , Pintu Terbuka di depan wajahmu .
Tuhan Yesus sudah memberikan yang terbaik melalui penderitaanNya
bagi kaum pilihanNya, apa yang terbaik dapat kita berikan kepadaNya ? Nyatakan keagungan dan kemuliaanNya melalui hidup, panggilan
dan pelayanan setiap kita ! Kiranya Tuhan memberkati ! Amen.
Daniel Santoso