Pendakian Rinjani
Berangkat dari Sembalun lawang pagi hari, mengingat baru pertama kali mendaki G. Rinjani ini, maka saya tidak berani ambil resiko untuk jalan malam hari. Dan memang pendakian ini bertujuan untuk mangambil foto-foto pemandangan di sekitar G. Rinjani. Ternyata pemandangan sepanjang perjalanan berbeda dengan hutan-hutan di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat yang hutannya lebat dan di musim hujan banyak sekali airnya. Tapi pendakian G. Rinjani berbeda ! sepanjang jalan kita bisa melihat puncak gunungnya. Tidak ada hutan yang lebat, adanya cuma padang rumput yang luas dan untuk mendapatkan air sungguh sulit, padahal waktu itu sedang musim hujan (bulan Desember 1995). Jadi saran saya untuk teman-teman yang ingin mendaki G. Rinjani melalui jalur ini, siapkan tempat air dan bawa air yang cukup untuk perjalanan, baca papan penunjuk jalan, dimana tempat istirahat yang ada sumber airnya. Usahakan berangkat pagi hari dan sampai di Pelawang sore hari, karena di sana tempat istirahat yang cukup enak dan terdapat sumber air (walaupun mengambilnya lumayan harus turun sedikit dari tempat bertenda). Sebelum sampai Pelawangan kita akan melewati tanjakan yang oleh pendaki sana di sebut "Tanjakan Penyesalan". Karena setiap kali kita menanjak akan terlihat ujung tanjakan, berarti tanjakan akan selesai. Tapi, ternyata ada tanjakan lagi, begitu terus berulang-ulang. Bagi yang tidak sabar pasti merasa kesal, makanya di sebut "Tanjakan Penyesalan". Pemandangan sore di Pelawangan indah sekali, apalagi kalau menyaksikan matahari terbenam dari Pelawangan.
Kalau cuaca baik, rencanakan pendakian ke puncak Rinjani pagi dinihari, supaya sampai dipuncak bisa meyaksikan matahari terbit. Pendakian dari Pelawangan menuju puncak melewati jalan berbatu dan kerikil, jadi harus hati-hati, bisa tergelincir, karena sepanjang jalan di sebelah kiri dan kanan curam ! Ransel lebih baik ditinggal di Pelawangan, bawa bekal & air secukupnya. Jangan lupa mengikat ransel di batang pohon dan di tutupi oleh kain tenda/ponco (jas hujan), sebab banyak monyet yang akan menggerayangi ransel yang tercium bau makanannya keluar. Pemandangan sepanjang jalan menuju puncak bagus sekali, di sebalah kiri kita bisa menyaksikan Desa Sembalun lawang, dan di sebelah kanan Kaldera / Danau Segaranak dengan anak G. Rinjani-nya yang di sebut G. Baru. Puncak G. Rinjani hanya berupa batu-batu besar yang bertumpuk. Jika kita berdiri di puncak batunya maka kita bisa melihat pantai sekeliling P. Lombok(kalau cuaca cerah), karena tingginya puncaknya lumayan tinggi, sekitar 3.726 m dari permukaan laut ! Tampak di tengah anak G. Rinjani, G. Baru yang masih aktif, dan sempat meletus di tahun 1994. Di sekelilingnya Danau Segaranak. Dari puncak turun kembali ke Pelawangan, istirahat sebentar, bisa melanjutkan perjalanannya menuju D. Segaranak Air danau ini banyak mengandung belerang, jadi tidak enak untuk diminum, tapi di danau ini banyak sekali ikannya. Bibit ikan ini sengaja ditebarkan di sana dan sekarang ikannya cukup besar-besar. Banyak pendaki yang memancing. Untuk mendapatkan air minum, dekat dengan lokasi bertenda terdapat mata air yang bisa di minum. Ditengah-tengah danau tampak G.Baru yang tingginya 2.658m dari permukaan laut. Karena kelelahan, sorenya saya dan teman saya tertidur, tanpa sempat membereskan makanan. Akhirnya persediaan makanan amblas dibawa kabur monyet. Jadi dengan sangat terpaksa keesokan harinya harus pulang. Padahal menurut rencana mau tinggal di Danau Segaranak selama 3 hari jadi batal.
Perjalan pulang harus mendaki lagi melewati puncak G. Senkereang Jaya yang tingginya 2.902m dari permukaan laut. Dengan bekal makanan yang tersisa sedikit, harus mendaki dan turun menuju Desa Senaru. Untuk menambah energi terpaksa saya dan teman saya makan tomat hutan yang kecil-kecil dan tumbuh di sepanjang pinggiran danau. Di tengah jalan menuju G. Senkereang Jaya saya bertemu rombongan pendaki dari Jawa tengah yang ingin ke D. Segaranak. Lalu dengan berat hati saya menceritakan tentang kehilangan bekal makanan saya. Untung rombongan pendaki itu berbaik hati dan memberikan sedikit makanan yang sangat berarti buat saya dan teman saya. Turun dari Puncak G. Senkereang Jaya sempat menginap di tengah jalan. Baru keesokan harinya menuju Desa Senaru. |
|||||||||||
kembali ke halaman depan |